Haris mengklarifikasi laporan oleh tiga institusi, yaitu Polri, TNI, dan BNN yang melaporkan Haris pada Selasa (2/8/2016) kemarin. Laporan itu terkait cerita Freddy Budiman beberapa saat sebelum eksekusi mati. Kesaksian Freddy disampaikan saat Haris memberikan pendidikan HAM kepada masyarakat pada masa kampanye Pilpres 2014.

Jakarta, Aktual.com – Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mengecam maraknya kasus penyerangan dengan senjata tajam terhadap anak-anak sekolah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

“Tindakan penyerangan tersebut tidak hanya mengakibatkan jatuhnya korban namun menimbulkan trauma dan teror yang berkepanjangan bagi anak-anak,” kata Koordinator Badan Pekerja Kontras Haris Azhar dalam siaran pers, Sabtu (17/12).

Dalam catatan Kontras, dua kasus penyerangan terhadap siswa sekolah yang terjadi di Yogyakarta dan Sabu, Nusa Tenggara Timur memiliki pola yang serupa yakni ditujukan terhadap anak sekolah, target dipilih secara acak dan menggunakan senjata tajam dengan maksud melukai, meski kesamaan motif masih harus diperdalam lagi.

Dia memaparkan, salam kasus yang terjadi di Yogyakarta pada 13 Desember 2016, peristiwa penusukan terhadap siswa SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang baru saja pulang berlibur pada akhirnya menewaskan seorang siswa dan melukai tujuh orang siswa lainnya.

“Para pelaku penikaman diduga merupakan siswa-siswa yang juga bersekolah di kota Yogyakarta. Namun demikian, sangat disayangkan anggota Polres Bantul hingga hari ini belum dapat memastikan motif dari pelaku peristiwa penyerangan dan penikaman,” paparnya.

Senada dengan peristiwa yang terjadi di Yogyakarta, lanjutnya, peristiwa penyerangan dan penikaman dengan senjata tajam terhadap siswa SDN 1 Sabu Barat pada tanggal 13 Desember 2016 juga memiliki motif yang hampir serupa.

Pelaku memasuki SD Negeri 1 Sabu Barat dan menyelinap masuk ke sebuah ruang kelas serta langsung menikam siswa yang berada di dalamnya. Akibat penyerangan ini, tujuh orang siswa mengalami luka serius dan harus dilarikan ke rumah sakit.

Sementara tersangka pelaku tewas dihakimi massa di dalam ruang sel tahanan Polsek Sabu Barat hanya berselang beberapa jam setelah ditangkap aparat.

“Terhadap dua peristiwa diatas, kami berpendapat bahwa tindakan penyerangan dan penikaman dengan senjata tajam yang menimpa siswa-siswi sekolah adalah peristiwa yang serius dan harus segera ditindaklanjuti oleh aparat kepolisian sehingga motif dari dua peristiwa diatas dapat segera ditemukan,” katanya.

Dia juga mengemukakan Kontras menyesalkan terjadinya tindakan penghakiman massa terhadap pelaku penyerangan siswa di Sabu Barat yang mengakibatkan tersangka tewas meski telah diamankan oleh aparat.

Kontras mendesak Bupati Sabu Barat untuk segera memberikan pernyataan resmi mengenai peristiwa penyerangan dan penikaman siswa SD 1 Sabu Barat sebagai upaya preventif atas terjadinya informasi simpang siur di masyarakat.

Selain itu, ujar dia, Kapolri juga diminta untuk memerintahkan jajarannya guna mengusut tuntas dan menemukan motif dalam kasus penyerangan dan penusukan terhadap siswa sekolah yang terjadi di Yogyakarta maupun Sabu, Nusa Tenggara Timur yang memiliki pola yang hampir serupa.

“Proses hukum juga harus dipastikan berjalan dengan transparan dan tetap memperhatikan nilai-nilai HAM dan perlindungan terhadap anak,” katanya.

Sedangkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) diminta untuk segera turun langsung ke Sabu Barat maupun Yogyakarta untuk memastikan para siswa yang menjadi korban mendapat pemulihan dan terpenuhi hak-haknya sekaligus melakukan upaya preventif mengenai potensi serangan balasan akibat berkembangnya informasi simpang siur di masyarakat.

KPAI juga harus memastikan para pelaku penyerangan yang masih berusia anak juga tetap mendapatkan perlindungan dan jaminan atas hak-haknya sebagai tersangka anak.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid