Jakarta, Aktual.com – Ketimpangan dalam penyediaan akses teknologi, informasi dan telekomunikasi (TIK) di wilayah Indonesia bagian timur, terutama daerah perbatasan masih terjadi, kata Tenaga Ahli Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) Woro Widyastuti.

Di Indonesia Timur pertumbuhan internetnya masih terlalu lambat. Di Sulawesi misalnya, infrastrukturnya ada tinggal menambah kapasitas, tapi di Papua sama sekali belum ada, kata Widyastuti dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.

“Orang mau berhubungan via telepon itu mahal sekali. Padahal masyarakat di sini sangat membutuhkan TIK untuk belajar dan bekerja, katanya.

Ia mengatakan dalam membangun infrastruktur di daerah-daerah terpencil tak perlu menunggu masyarakatnya tumbuh terlebih dahulu.

Pemerintah dan seluruh operator telekomunikasi perlu bahu membahu segera membangun infrastruktur sebagai langkah persiapan menyambut perkembangan masyarakat yang tumbuh cepat. Salah satunya melalui konsep berbagi jaringan atau “Network Sharing” dan saling menguntungkan, tambahnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Keanggotaan dan Komunikasi Publik Masyarakat Telekomunikasi (Mastel) Teguh Prasetya mengatakan permintaan jaringan broadband di Sulawesi dan Papua cukup tinggi. Saat ini ketersambungan internet ke rumah tangga yang ada di Sulawesi dan Papua hanya 6-7 persen.

Padahal, setiap peningkatan broadband 10 persen, mampu meningkatkan pendapatan per kapita 1,3 persen. Artinya broadband mampu meningkatkan perekonomian rakyat.

Apalagi dikaitkan dengan aturan mengenai PP 52 & 53 mengenai berbagi jaringan (network sharing), menurut Teguh perlu dirampungkan agar masalah akses di seluruh Indonesia bisa terselesaikan. Saat ini pemenuhan jaringan backbone tidak sampai ke ujung Indonesia sehingga keberadaan broadband menjadi terbatas.

(Ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby