Pelemahan rupiah ini seiring dengan hasil Unggulnya Donald Trump dari Partai Republik dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 8 November 2017 direspon negatif oleh para pelaku pasar. Mata uang Asia sebagian besar langsung melemah begitu Donald Trump memimpin perolehan suara dibandingkan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini diperkirakan masih akan mengalami pelemahan. Pasalnya, potensi rupiah untuk menguat masih cukup berat di saat posisi USD yang terus perkasa.

Menurut analis senior Binaartha Securities, Reza Priyambada, salah satu penyebab yang membuat laju USD kian perkasa karena data inflasi Negeri Paman Sam itu.

“Dengan adanya rilis inflasi AS sebesar 0,2% (month on month/MoM) dan 1,7 (year on year/YoY) ternyata telah kembali membuat laju USD menguat, sehingga membatasi penguatan rupiah,” tandas Reza di Jakarta, Senin (19/12).

Untuk itu, pada perdagangan hari ini, rupiah sedang berusaha keras berbalik arah melakukan penguatan meski masih terbatas seiring dengan kurangnya sentimen positif.

“Posisi rupiah pun kami nilai masih memiliki risiko tinggi untuk terjadinya pembalikan arah melemah. Tapi kami harapkan, kondisi ini hanya sesaat. Sehingga rupiah tidak melemah lebih dalam,” harap Reza.

Makanya, para pelaku pasar disarankan agar mencermati berbagai sentimen yang ada. “Dan diperkirakan pola gerak rupiah akan bergerak di kisaran pada kisaran level support Rp13.525 dan rentang resisten di angka Rp13.375,” jelas dia.

Memang, di akhir pekan lalu, setelah melemah cukup signifikan, laju rupiah mampu menguat meski terbatas. Padahal kondisi itu terjadi dia saat masih terdapat sentimen negatif dari pelemahan sejumlah mata uang Asia pasca merespon kenaikan suku bunga acuan The Fed.

Namun, kata dia, rupiah mencoba bangkit dengan ditolong sentimen positif dari rilis data makro. Seperti neraca perdagangan bulan November 2016 yang tercatat surplus sebesar US$ 837,8 juta atau Rp 10,8 triliun dengan ekspor US$ 13,50 miliar dan impor US$ 12,66 miliar.

Selain itu juga, dengan ditahannya suku bunga acuan 7-Day Repo Rate di level 4,75%, sehingga diasumsikan masih cukup kondusif saat ini.

Memang sebelumnya, pihaknya berharap, laju rupiah diharapkan dapat bertahan positif, tapi kemudian malah tidak kuasa juga menahan apresiasi USD.

“Makanya kami harapkan, kondisi ini (pelemahan rupiah) hanya sesaat, sehingga Rupiah tidak melemah lebih dalam,” pungkas Reza.

(Laporan: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka