Pelemahan rupiah ini seiring dengan hasil Unggulnya Donald Trump dari Partai Republik dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 8 November 2017 direspon negatif oleh para pelaku pasar. Mata uang Asia sebagian besar langsung melemah begitu Donald Trump memimpin perolehan suara dibandingkan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Kendati pada perdagangan kemarin rupiah sempat menguat, tapi semalam, dolar Amerika Serikat (USD) mengalami penguatan terhadap semua mata uang dunia.

Sehingga pada perdagangan hari ini, laju nilai tukar rupiah terhadap USD diperkiran akan kembali mengalami pelemahannya.

“Rupiah masih mencoba untuk menguat meski terbatas seiring masih adanya potensi kenaikan laju USD,” jelas analis senior Binaartha Securities, Reza Priyambada, di Jakarta, Selasa (20/12).

Kenaikan kurs USD semalam terjadi karena didodorong pernyataan positif dari Federal Reserve tentang pasar tenaga kerja di negara Pama Sam itu.

Untuk itu, dengan kondisi tersebut diharapkan kondisi tersebut tidak banyak membuat rupiah melemah lebih dalam lagi.

“Makanya, cermati berbagai sentimen yang ada.Diperkirakan Rupiah akan bergerak dengan kisaran di level support sebesar Rp13390 dan level resisten di rentang Rp13.338,” jelas Reza.

Padahal kemarin, kata dia, di tengah penguatan laju USD seiring masih adanya imbas pertemuan FOMC yang mengindikasikan akan adanya kenaikan suku bunga acuan The Fed tampaknya tidak kembali membuat laju rupiah melemah.

“Terlihat di perdagangan awal pekan ini, laju rupiah mampu mengalami kenaikan. Bersamaan dengan itu, BI juga baru merilis desain baru mata uang rupiah,” papar dia.

Dengan melihat realisasi dan ekspektasi kondisi-kondisi pasar tenaga kerja dan inflasi di AS, jelas dia, FOMC memutuskan untuk menaikkan target Fed rate ke kisaran 0,50% – 0,75%. The Fed juga merilis proyeksi-proyeksi ekonominya yang diperbarui, yang menunjukkan perkiraan tiga kenaikan suku bunga pada tahun depan.

“Apalagi penguatan rupiah kemarin juga didukung oleh harga minyak mentah yang menguat, karena investor melihat solidnya sikap dari para produsen OPEC dan non OPEC dalam memangkas produksi pada tahun depan,” paparnya.

Sedang dari domestik, menurut Reza, juga merespon positif optimisme dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang akan fokus terhadap upaya pencapaian penerimaan perpajakan hingga akhir tahun ini.

“Ini penting agar tidak terlalu meleset dari target yang ditetapkan dalam APBN-Perubahan 2016,” jelasnya.

Naun demikian, ujar Reza, secara umum posisi rupiah pun dinilai masih berisiko untuk terjadinya pembalikan arah melemah.

“Meag kami harapkan kondisi ini hanya sesaat, sehingga rupiah tidak melemah lebih dalam,” pungkas Reza.(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid