Pelemahan rupiah ini seiring dengan hasil Unggulnya Donald Trump dari Partai Republik dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 8 November 2017 direspon negatif oleh para pelaku pasar. Mata uang Asia sebagian besar langsung melemah begitu Donald Trump memimpin perolehan suara dibandingkan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini masih akan melanjutkan pelemahannya.

Kondisi yang terjadi di global, termasuk terkait isu terorisme justru membuat USD menguat dan meruntuhkan laju rupiah. Sementara kebijakan-kebijakan di dalam negeri tak banyak menolong rupiah

“Banyaknya sentimen dari global dan domestik yang memengaruhi ternyata membuat laju rupiah mulai berbalik melemah. Pada hari ini, rupiah akan diperdagangkan melemah,” ungkap analis senior PT Binaartha Securities, Reza Priyambada, di Jakarta, Rabu (21/12).

Dari domestik, kata dia, adanya sentimen rencana Kementerian Keuangan yang akan membentuk tim reformasi perpajakan untuk menggenjot penerimaan perpajakan di tahun depan dan prediksi BI terkait inflasi Desember 2016 tampaknya kurang membuat rupiah melaju ke zona hijau.

Disebutkan Reza, tim ini bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, meningkatkan kepercayaan terhadap pengelolaan basis pajak, dan meningkatkan integritas dan produktivitas aparat pajak.

“Sedangkan BI memprediksi inflasi bulan Desember sekitar 0,5-0,6% (month on month/MoM), sehingga per akhir tahun inflasi akan berada di 3,20% (year on year/YoY),” jelas Reza.

Sementara dari sisi katalis global, laju rupiah terhambat kenaikannya setelah merespon pernyataan Ketua The Fed, Janet Yellen soal pemulihan ekonomi AS yang lambat mendorong peningkatan pasar pekerjaan dan menekankan pentingnya pendidikan dalam perubahan ekonomi.

“Yellen mencontohkan, bahwa tingkat pengangguran rendah, penambahan lapangan pekerjaan stabil, tingkat PHK rendah, ada tanda-tanda meningkatnya upah, bisa menjadi bukti pasar tenaga kerja yang sehat. Sehingga bisa menjadi pemicu kenaikan suku bunga selanjutnya,” urai Reza.

Ditambah lagi, kondisi global yang negatif seperti penembakan duta besar Rusia di Turki, serangan truk di Berlin, pernyataan The Fed, dan lainnya telah membuat laju USD berbalik menguat. Sehingga dikhawatirkan akan membungkam potensi kenaikan rupiah.

“Cermati berbagai sentimen yang ada. Diperkirakan laju rupiah akan bergerak dengan kisaran pada level support di Rp13.435 dan level resisten di rentang Rp13.340,” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka