Seorang pekerja melakukan pengecekan fasilitas pengolahan di 'rooftop' Residual Fluid Catalytic Cracker (RFCC) di area kompleks Kilang RU IV Lomanis, Cilacap, Jateng, Senin (14/9). Pertamina menyiapakan dua fase dalam program Refinery Development Master Plan (RDMP), yaitu pembangunan dan optimalisasi kilang hingga tahun 2023. ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/kye/15.

Jakarta, Aktual.com – Proyek peningkatan kapasitas kilang minyak eksisting (Refinery Development Masterplan Program, RDMP) Cilacap dipercepat selesai 2021 yang sebelumnya target rampung 2022.

“Awalnya target selesai 2022. Tapi rapat terakhir ‘challenge’ tim, sama-sama komitmen untuk selesai 2021,” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Sutjipto di Jakarta, Kamis (22/12).

Direktur Megaproyek Kilang dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi menerangkan percepatan penyelesaian RDMP Cilacap dengan nilai investasi mencapai Rp65 triliun tersebut dikebut mulai awal tahun depan dengan menyelesaikan rancangan teknik dasar (Basic Engineering Design, BED) yang ditargetkan rampung pada Februari 2017.

Selanjutnya, kata Rachmad, proses dilanjutkan dengan pekerjaan “Front End Engineering Design” (FEED) yang dimulai Februari 2017 hingga Februari 2018.

Selama penyelesaian FEED tersebut Pertamina juga akan melakukan studi amdal sekira enam sampai delapan bulan. Sementara peletakan batu pertama persiapan proyek bisa dilakukan akhir 2017.

“Kita butuh ‘site’ cepat selesai, akhir 2018. Jadi 2019, 2020, 2021 kita lakukan pembangunan konstruksi,” tutur Rachmad.

Proyek peningkatan kapasitas kilang minyak Cilacap ini akan menambah produksi 52 ribu barel per hari (bph) dari 348 ribu BPH ke 400 ribu bph.

Selain itu, proyek tersebut juga akan menambah produksi bensin 80 ribu bph, diesel 60 ribu bph, jet fuel atau avtur 40 ribu bph, serta akan diintegrasikan dengan minyak pelumas dan petrokimia.

Pertamina dan perusahaan BUMN Arab Saudi yakni Saudi Aramco hari ini menandatangani kerja sama dalam proyek RDMP Cilacap.

Kerja sama tersebut mencakup dalam kepemilikan saham di mana Pertamina 55 persen dan Saudi Aramco 45 persen, pengembangan kilang, dan pengoperasian kilang.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka