Jakarta, Aktual.Com-Sejak kasus Ebola ditemukan di bekas Wilayah Zaire 1976, berbagai upaya dilakukan para peneliti untuk menciptakan vaksin, tetapi usaha para peneliti kemudian harus terhenti karena ketiadaan dana.
Dalam catatan Organisasi kesehatan dunia atau yang lebih dikenal dengan WHO sekitar 1.600 orang meninggal karena keganasab Ebola dalam beberapa tahun, sehingga membuat penyakit karena virus Eboal memiliki reputasi menakutkan.
Di tahun 2014 wabah Eebola kembali menyerang 11.000 orang di Afrika, bahkan menyebar hingga keluar berbagai belahan dunia, sebaran ini kemudian menyebabkan beberapa orang di Eropa dan Amerika Serikat (AS) meregang nyawa. Serangkaian kejadian memilukan ini tak membuat otoritas berwenang berdiam, mereka kembali berupaya membuat vaksin yang efektif.
Kini, penghujung tahun 2016, kabar baikpun datang, pasalnya para peneliti yang melakukan penelitian beberapa waktu dilaporkan sukses menguji vaksin Ebola bahkan dilaporkan jika vaksin tersebut 100 persen mampu melindungi seseorang dari penyakit mematikan itu.
Meski belum dilegalisir oleh otoritas berwenang, tetapi hasil penelitian yang dilansir jurnal kesehatan The Lancet tersebut dinilai sangat efektif.
Juga dikatakan jika penelitian yang digelar Guinea itu memiliki persediaan darurat 300.000 dosis vaksin Ebola yang dapat diapaki untuk mencegah wabah Ebola merebak kembali.
“Walau ini terlambat bagi mereka yang telah kehilangan nyawa karena epidemi ebola di Afrika Barat, vaksin ini bisa menjadi upaya kita bertahan,” ungkap Asisten Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Bidang Sistem Kesehatan dan Inovasi sekaligus penulis utama laporan riset, Marie-Paule Kieny.
Tetapi, hasil tes dari uji coba vaksin di Guinea yang dirilis pada Kamis (22/12/2016) lalu dalam jurnal kesehatan The Lancet disebutkan jika vaksin itu belum dapat digunakan untuk menghentikan wabah, namun prospek persediaan vaksin sekarang telah membawa optimisme di kalangan ahli kesehatan masyarakat. Beberapa peneliti juga menemukan adanya efek samping bagi pengguna vaksin itu, seperti nyeri sendi dan sakit kepala.
Kalangan peneliti sejauh ini mencurigai jika Ebola hingga kini masih bersarang di berbagai lokasi, seperti pohon dan penularannya dibawa kelelawar. Para peneliti mengatakan bahwa vaksin baru itu masih memiliki beberapa kelemahan, antara lain bekerja hanya terhadap salah satu dari dua jenis virus Ebola saja, dan ada kemungkinan tidak dapat memberikan perlindungan dalam jangka panjang.
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs

















