Bakal Calon Gubernur DKI Rizal Ramli bersama Ketua DPW PAN DKI Jakarta Eko Patrio, menjawab pertanyaan wartawan usai keduanya bertemu di kantor Ekomando di Jalan Cipinang Indah Raya 1 No 1, Cipinang, Jakarta Timur, Selasa (13/9). Pertemuan tersebut dalam rangka silaturahmi jelang Pilkada DKI 2017. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Mantan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli memprediksi perekonomian nasional di tahun 2017 akan kian suram di tengah era ketidakpastian sistem ekonomi dan politik di global.

Kondisi global yang paling mencemaskan adalah adanya Trump effect atau dampak dari kebijakan Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump yang diprediksi bakal menerapkan kebijakannya seperti saat kampanye dulu.

“Dampak yang paling dirasakan (dari kebijakan Trump) adalah depresiasi rupiah. Pasalnya kebijakan Trump yang paling dikhawatirkan adalah bakal menurunkan pajak untuk orang kaya di negaranya,” tandas dia, di Jakarta, Selasa (27/12).

Selain itu, ujar Rizal, Trump juga berencana akan mengucurkan anggaran yang besar untuk proyek infrastruktur. Kondisi tersebut, kata dia, akan berdampak terhadap bank sentral AS, The Federal Reserve yang menaikkan suku bungnya. Diperkirakan memang suku bunga The Fed di 2017 akan berlangsung tiga kali.

“Kondisi itu akan mengakibatkan adanya capital outflow (arus dana ke luar negeri) dari negara berkembang ke AS. Ini akan buat dollar Amerika menguat dan mata uang negara lain melemah, termasuk rupiah,” cetus tokoh nasional ini.

Apalagi memang, kata dia, kebijakan Trump lainnya bakal menerapkan tarif untuk produk-produk dari China atau Meksiko yang selama ini dikenai tarif rendah. Masalah ini memang sempat mnjadi isu besar saat Trump berkampanye.

“Jadi, jika semua janji kampanyenya dilaksanakan. Misal kenaikan tarif sampai 40 persen untuk barang-barang dari China dan Meksiko, maka ekonomi dunia akan bergejolak,” tandas dia.

Kendati Trump effect patut dikhawatirkan, tapi dirinya sendiri tak terlalu yakin kalau Trump bakal melaksankan semua yang dikampanyekannya.

“Saya sendiri yakin Trump saat memerintah nanti tidak seperti saat masa kampanyenya ya. Akan tetapi Trump effect dan masih terjadinya gejolak di Timur Tengah yang belum berakhir akan meningkatkan ketidakpastian dalam perekonomian global,” paparnya.

Selain itu, Rizal juga menyoroti masalah politik dalam negeri yang hingga saat ini masih menimbulkan polemik. Salah satunya terkait kasus penistaan agama oleh Gubernur DKI non aktif, Basuki Tjahaja Puranama (Ahok).

“Masalah politik seperti kaitannya dengan Ahok yang kalau tidak diselesaikan akan timbul masalah berkelanjutan di tengah ketidakpastian ekonomi,” papar Rizal.

Lebih jauh Rizal memaparkan, situasi perekonomian dan politik global yang bergejolak saat ini juga serupa dengan masa depresi besar tahun 1920-an silam. Saat itu, kondisi tersebut ternyata menyebabkan munculnya faham radikal fasisme dan Nazisme.

Pada masa silam dari tahun 1920-an sampai tahun 1940-an itu, kata dia, telah memunculkan pemimpin hebat dunia yang berhasil menyelamatkan negara, seperti Franklin Delano Roosevelt, Presiden ke-32 Amerika Serikat.

Saag itu, menurut Rizal, era ketidakpastian itu justru menjadi momen “berkilau” bagi para pemimpin hebat untuk mengubah negaranya ke arah lebih baik. “Sementara pemimpin-pemimpin yang payah akan tenggelam bersama-sama,” tandasnya.

Untuk itu, dalam melihat kesuraman yang akan terjadi di 2017 itu, dia harapkan harusnya menjadi titik kebangkitan.

“Makanya, saya ingin garis bawahi, krisis dan opportunity itu seperti mata uang dengan dua sisi. Di balik krisis itu ada kesempatan untuk melakukan perubahan perbaikan,” pungkas Rizal.

(Laporan: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka