Jakarta, Aktual.com – Pengamat ekonomi politik dari AEPI, Salamuddin Daeng melihat kondisi utang-utang perusahaan pelat merah saat ini sangat mengkhawatirkan. Sehingga ke depannya, kinerja BUMN itu akan kian terbebani, karena hanya akan mengurusi untuk bayar utang.
“Besarnya utang BUMN itu akan semakin menghilangkan kesempatan BUMN untuk mengabdi pada kepentingan negara dan rakyat,” cetus Salamuddin kepada Aktual.com, di Jakarta, Minggu (1/1).
Dengan kondisi demikian, kata dia, BUMN di masa yang akan datang akan lebih sibuk mengurusi masalah mereka yakni meningkatnya kewajiban bayar utang dan akan mendorong mereka untuk mencekik masyarakat dengan meningkatkan harga dari layanan publiknya.
Dia menegaskan, utang-utang BUMN itu memang didorong oleh pemerintah dalam rangka membangun infrastruktur yang digenjot pemerintahan Jokowi.
“Tapi sayangnya, sumber pembiayaan BUMN dilakukan dari pembiayaan APBN yaitu utang PMN, dan utang-utsng yang dilakukan internal BUMN sendiri,” cetysnya.
Padahal, kata dia, utang-utang BUMN itu berada pada level yang cukup mengkuatirkan, terutama BUMN yang berkaitan erat dengan pemenuhan hajat hidup masyarakat, seperti PT Pertamina (Persero).
Berikut utang-utang BUMN yang paling besar.
1. Pertamina memiliki utang senilai US$ 8,75 miliar dolar atau sekitar Rp118,125 triliun. Aset Pertamina sendiri per 2015 mencapai US$45,519 miliar atau senilai Rp614,5 triliun. Dan Pertamina ini terus didorong untuk berhutang. “Ini sama saja dengan menjual perusahaan ini secara diam-diam,” cetunya.
2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memiliki utang senilai Rp72,4 triliun, dengan aset sebesar Rp878 triliun. Dan posisi DER sebesar 53,2%. Pendapatan bersih perusahaan sebesar Rp25,4 triliun pada tahun 2015.
3. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memiliki utang sebesar Rp49,99 triliun dengan aset Rp508,6 triliun, dan DER sebesar 71,16 %. Pendapatan bersih 2015 sebesar Rp9,07 triliun.
4. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memiliki utang Rp45,08 triliun, sedang aset Rp910,06 triliun pada tahun 2015. Dengan pendapatan bersih sebesar Rp17,49 triliun.
“Utang ketiga bank itu juga meningkat kepada lembaga keuangan global yaitu China Development Bank (CDB) senilai US$ 3 miliar atau masing-masing US$ 1 miliar di tahun 2016 lalu,” ujar dia.
5. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk memiliki utang sebesar Rp29,89 triliun, dengan aset Rp171,8 triliun. Dengan DER senilai 194%. Pendapatan bersih bank ini sebesar Rp1,85 triliun pada tahun 2015.
6. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk memilili utang sebesar US$ 1,617 juta atau sekitar Rp21,829 triliun, dengan aset sebesar US$3,072 juta. Posisi rasio utang terhadap aset (debt to equity ratio/DER) sebesar 90,79 %. Bahkan perusahaan ini terus mengalami kerugian senilai US$ 320 juta atau sebesar Rp4,32 triliun (2015).
Laporan: Busthomi
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby