Jakarta, Aktual.com – Harga cabai merah di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Lebak, Banten, sejak sepekan terakhir melonjak dari Rp58.000 menjadi Rp70.000 per kilogram.
“Kenaikan harga cabai merah itu karena pasokan berkurang,” kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, Orok Sukmana, di Lebak, Senin (2/1).
Selama ini, pasokan cabai dari daerah-daerah sentral produksi berkurang akibat curah hujan tinggi yang menyebabkan suhu udara lembab.
Biasanya, suhu lembab itu dapat menimbulkan serangan hama maupun organisme pengganggu tanaman (OPT).
Saat ini tanaman cabai yang siap dipanen terserang hama patek sehingga petani melakukan panen lebih awal dalam kondisi hijau dan belum berwarna merah.
Selain itu, permintaan pasar meningkat untuk kebutuhan restoran, rumah makan, rumah tangga, dan pesta pernikahan.
“Kami memprediksikan berkurangnya pasokan cabai merah itu akibat serangan hama patek akibat suhu lembab itu,” katanya, sambil menambahkan bahwa cuaca buruk membuat produksi dan produktivitas turun.
Saat ini kebanyakan cabai merah yang ada di pasar tradisional itu didatangkan dari sejumlah daerah di Provinsi Jawa Barat.
“Kami menilai kenaikan harga cabai itu tergolong cepat karena permintaan pasar cenderung meningkat,” kata dia.
Aminahi (45), seorang ibu rumah tangga yang warga Rangkasbitung, menilai harga cabai merah itu cukup tinggi dan memberatkannya, namun permintaan cenderung meningkat karena sudah menjadi kebutuhan pokok.
“Kami berharap harga cabai merah itu bisa kembali turun hingga Rp35.000 per kilogram,” katanya.
Mamit (45), seorang pedagang di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengatakan selama ini harga cabai merah terjadi kenaikan dengan kisaran Rp70.0000 per kilogram.
“Dengan kenaikan harga cabai juga banyak pembeli mengurangi yang sebelumnya satu kilogram, namun kini setengah kilogram saja,” ucap dia.
Sejumlah petani cabai di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, mengatakan mereka mengalami kerugian akibat serangan hama sehingga terpaksa dilakukan panen lebih awal.
Serangan hama sudah berlangsung empat pekan terakhir dan tidak bisa dikendalikan oleh petugas organisme pengganggu tanaman (POPT) setempat.
“Kami terpaksa memanen lebih awal dibandingkan mengalami kerugian cukup besar,” kata Kemi, seorang petani yang juga warga Cibadak, Kabupaten Lebak.
Ant
Artikel ini ditulis oleh:
Antara