Taheran, Aktual.com – Presiden Iran Hassan Rouhani pada Ahad (1/1) menyambut baik pembicaraan perdamaian mengenai Suriah di Kazakhstan.

Rouhani menyampaikan harapan bahwa pembicaraan perdamaian internasional mendatang mengenai masa depan Suriah di Astana, Kazakhstan, akan menjadi langkah besar menuju penyelesaian konflik di negara Arab tersebut.

Perlawanan terhadap terorisme dan kepercayaan pada dilomasi adalah dua kriteris utama dalam penaggulangan masalah di wilayah tersebut pada umumnya dan di Suriah khususnya, kata presiden Iran tersebut di dalam pidato yang ditayangkan televisi pada Ahad (1/1).

Republik Islam Iran mengikuti tiga sasaran di wilayah tersebut, kata Rouhani, sebagaimana diberitakan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Senin siang. Ia menambahkan negaranya secara konstruktif bekerja ke arah kestabilan dan keamanan di wilayah itu sebab semuanya adalah prasyarat bagi pembangunan negara di wilayah tersebut.

Sebagai kebijakan ketiga Iran dalam hubungan dengan Timur Tengah, ia mendesak masyarakat internasional agar menghormati kedaulatan Suriah dan perbatasannya, yang diakui masyarakat internasional. Ia mengatakan Iran, pada prinsipnya, menentang setiap perubahan perbatasan di Wilayah Timur Tengah.

Pada Sabtu kantor berita Tasnim melaporkan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) mengumumkan Arab Saudi dan Qatar tak bisa memainkan peran apa pun dalam pembicaraan perdamaian mengenai Suriah.

Dalam satu wawancara dengan kantor berita Tasnim pada Sabtu, Juru Bicara IRGC Ramezan Sharif mengesampingkan kemungkinan Pemerintah Suriah akan mengizinkan Arab Saudi dan Qatar untuk ikut dalam pembicaraan mendatang bagi perdamaian di Suriah.

Pemerintah Arab Saudi dan Qatar telah memelopori dukungan logistik, keuangan dan media buat kelompok teror yang telah membuat kekacauan di Suriah selama enam tahun, kata Sharif sebagaimana dikutip.

Namun Turki mulai memainkan peran positif dengan mengkaji kebijakannya terdahulu dan menghormati keabsahan Pemerintah Suriah, serta meninggalkan kebijakan memecah-belah Suriah.

Pada Rabu (28/12), menteri pertahanan Iran mengatakan Arab Saudi tak bisa menjadi bagian dari pembicaraan perdamaian Suriah.

“Mereka (Arab Saudi) berusaha menggulingkan rejim yang ada di Suriah. Tak ada pembicaraan yang boleh diperkenankan bersama mereka yang ingin melakukan itu. Kita harus memberi mereka jawaban yang menentukan,” kata Brig.Jend. Hossein Dehqan sebagaimana dikutip Tasnim.

Dehqan juga mengatakan koalisi Barat tak memiliki keinginan nyata untuk memerangi pelaku teror baik di Suriah maupun di Irak.

“Mereka (koalisi Barat) lah yang telah memelihara pelaku teror dan mereka tertarik untuk memelihara mereka di sana,” kata Dehqan.

“Barangkali pasukan koalisi ingin melihat pelaku teror lemah, tapi tentu saja bukan hancur, sebab pelaku teror itu adalah alat mereka untuk merusak kestabilan di wilayah ini dan bagian lain dunia,” ia menambahkan.

Rusia, Turki dan Iran hadir dalam pembicaraan untuk melanjutkan pembicaraan perdamaian antara Pemerintah Suriah dan oposisi di Kazakhstan. Rusia telah mengusulkan agar Arab Saudi bergabung dalam perundingan tersebut.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan