Pakar Ekonomi Politik Ichsanuddin Noorsy (kanan) mnyampaikan pendapatnya didampingi Wakil Ketua Komisi VI DPR Mohammad Haikal (kiri) dalam Diskusi Forum Legislasi membahas tema ''RUU BUMN dan Penyertaan Modal Negara (PMN)' di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (25/10). Ichsanuddin Noorsy mengatakan, bahwa di tengah ambruradulnya pembenahan BUMN saat ini, Indonesia tidak saja tengah mengalami krisis energi, tapi juga tengah kekurangan pangan. Indonesia membutuhkan political will pemerintahan Joko Widodo untuk keluar dari krisis energi berkepanjangan. Pasalnya, Indonesia bukan Korea Selatan, India, atau Jepang, yang mampu mengelola ketahanan energi mereka sendiri. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah memutus JP Morgan Chase Bank NA gara-gara hasil risetnya dianggap berpotensi mengganggu stabilutas sistem keuangan.

Mulai 1 Januari 2017 lalu status JP Morgan diputus oleh pemerintah sebagai bank persepsi. Artinya bank asal Amerika Serikat ini tak bisa lagi melayani aliran dana-dana pemerintah.

Menurut pengamat ekonomi politik senior Ichsanuddin Noorsy, adanya pemutusan kontrak itu bisa dijadikan bukti bahwa fundamental ekonomi nasional bermasalah.

“Jadi artinya (pemutasan kontrak karena hasil riset), fundamental makro kita rapuh,” tutur Ichsannuddin kepada Aktual.com, di Jakarta, Selasa (3/1).

Dengan kondisi fundamental yang rapuh itu, kata dia, kendati pertumbuhan ekonomi bisa dicapai di angka tinggi yakni, sekitar 5,0%-5,1%, namun tak memberi dampak positif ke penguatan domestik.

“Karena pertumbuhan ekonomi yang dicapai itu tak berkualitas. Ditandai masih tingginya pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan yang terjadi,” tandas Ichsan.

Belum lama ini beredar surat dari Kemenkeu soal pemutusan kontrak dengan JP Morhan sebagai bank persepsi. Surat tertanggal 9 Desember 2016 itu ditandatangani oleh Dirjen Perbendaharaan Negara Marwanto Harjowiryono yang menyatakan pemutusan hubungan itu efektif mulai 1 Januari 2017 ini.

Pemutusan hubungan kemitraan dengan JP Morgan itu, terkait hasil riset JP Morgan yang berpotensi menciptakan gangguan stabilitas sistem keuangan nasional.

Dengan begitu, risikonya bagi bank asing itu adalah, “Tidak menerima setoran penerimaan negara dari siapa pun di seluruh cabang JP Morgan Chase Bank NA terhitung mulai tanggal 1 Januari 2017.”

Seperti yang dikutip situs Barron’s Asia, dalam hasil risetnya menyebutkan, strategist ekuitas negara-negara berkembang telah menurunkan alokasi portfolio mereka, yaitu Brazil dari Overweight ke Netral, Indonesia dari Overweight ke Underweight, dan Turki dari Netral ke Underweight.

Nammun, penurunan rating tersebut terutama yang dialami Indonesia tak dijelaskan secara gamblang oleh lembaga riset dunia tersebut. (Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid