Pelemahan rupiah ini seiring dengan hasil Unggulnya Donald Trump dari Partai Republik dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 8 November 2017 direspon negatif oleh para pelaku pasar. Mata uang Asia sebagian besar langsung melemah begitu Donald Trump memimpin perolehan suara dibandingkan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pergerakan mata uang Republik Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat (USD) di perdagangan pasar valuta asing (valas) masih tergantung data-data ekonomi global.

“Kendati USD masih mengalami pelemahan, namun bagi rupiah pergerakannya tetap tergantung berbagai sentimen terutama dari rilis data-data ekonomi AS,” ujar analis senior PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, di Jakarta, Senin (9/1).

Kata Reza, dengan adanya rilis kenaikan defisit neraca perdagangan AS yang diikuti dengan penurunan nonfarm payrolls dan factory orders dapat melemahkan laju USD.

“Kondisi tersebut memang diharapkan menjadi sentimen dan masih dapat bertahan untuk memberikan konfirmasi sinyal penguatan kepada mata uang lain termasuk rupiah kendati masih berat,” tegas dia.

Menurutnya, pergerakan USD yang melemah itu dipicu oleh sejumlah ketidakpastian terutama pada realisasi janji Presiden AS terpilih Donald Trump terhadap beberapa kebijakan ekonominya.

Juga masih kuatnya ketidakpastian lain terkait hubungan dagang AS-China, sehingga pelaku pasar lebih memilih keluar pasar.

“Dengan kondisi adanya pelemahan USD, pergerakan rupiah pada hari ini akan bergerak di level support dengan kisaran Rp13.400 dan level resisten di rentang Rp13.280,” pungkas Reza.

 

Laporan: Bustomi

Artikel ini ditulis oleh: