Jakarta, Aktual.com – Dalam rangka mendongkrak laju kredit di tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta likuiditas perbankan semakin kuat, sehingga dapat optimal dalam menyalurkan kredit.

Untuk itu, menurut Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman Hadad akan berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) terkait kebijakan BI yang akan menerapkan Giro Wajib Minimum secara rata-rata (GWM Averaging).

“Pada intinya, kami menyambut baik kebijakan BI tentang perhitungan GWM Averaging. Makanya kami akan tingkatkan koordinasi dengan BI, sehingga GWM sebagai akselerator dalam pertumbuhan kredit dapat dimanfaatkan dengan baik,” ujar Muliaman dalam pertemuan tahunan pelaku industri jasa keuangan 2017, di Hotel Fairmont, Jakarta, Jumat (13/1).

Untuk itu, kata dia, GWM Averaging ini harus bisa mengatur kondisi likuiditas yang lebih fleksibel di masing-masing bank.

Karena, kata dia, untuk meningkatkan laju kredit akan sangat tergantung pada ketersediaan likuiditas. “Makanya kami mengapresiasi program tax amnesty yang berjalan baik, sehingga selain dapat menyehatkan postur fiskal, juga turut menyumbang bagi tambahan likuiditas di perbankan,” papar dia.

Selain itu, kata dia, pihaknya meminta industri perbankan untuk melakukan inovasi dalam upaya meningkatkan likuiditasnya.

“Bisa melalui pasar modal, yang merupakan salah satu sumber pendanaan. Baik dalam bentuk penerbitan obligasi maupun
dalam bentuk sekuritisasi,” jelasnya.

OJK sendiri menargetkan laju kredit tahun ini bisa bertumbuh antara 9-12 persen. Lebih besar dari tahun ini yang hanya mencapai 9 persen.

Meski begitu, OJK harap kredit itu bisa dikucurkan ke sektor-sektor yang produktif, serta bisa menggali potensi penyaluran kredit ke berbagai daerah yang potensial yang akses keuangannya masih terbatas.

“Beberapa sektor ekonomi, seperti perdagangan, industri pengolahan, pertanian, dan real estate, diharapkan bisa digenjot. Karena menjadi motor penggerak pertumbuhan,” pungkas dia.(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid