Aktivitas bongkar muat di pelabuhan peti kemas ekspor Impor Jakarta International Container Terminal (JICT) di Jakarta, Jumat (9/9). Dua pengelola terminal peti kemas ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok yakni Jakarta International Container Terminal (JICT) dan TPK Koja memberlakukan biaya jasa penimbangan peti kemas ekspor pada auto gate JICT-TPK Koja sebesar Rp50.000 per boks. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia sepanjang 2016 mengalami penurunan cukup besar mencapai 3,95 persen ke level US$144,43 miliar dibanding capaian ekspor tahun 2015 lalu.

“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2016 turun 3,95 persen dibanding periode yang sama di 2015 lalu,” cetus Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, di kantornya, Jakarta, Senin (16/1).

Penurunan ekspor ini karena ditopang oleh ekspor non migas yang juga mengalami penurunan 0,34 persen ke level US$131,35 miliar.

“Penurunan ekspor yang signifikan ini karena kami lihat ekonomi di 2016 sangat suram, baik yang terjadi di kita ataupun di dunia. Dan diharapkan di tahun ini ekspor kita akan membaik,” papar dia.

Penurunan ekspor non migas sangat terlihat dari penurunan ekspor hasil pertanian yang turun cukup besar sebesar 7,8 persen, juga ekspor sektor hasil tambang dan lainnya anjlok sebesar 6,75 persen.

“Yang naik dari ekspor non migas sepanjang tahun lalu adalah ekspor hasil industri pengolahan yang naik sedikit 1,07 persen dibanding tahun lalu,” tegas Kecuk.

Kendati secara tahunan ekspor mengalami penurunan, kata dia, laju impor juga turun dibanding tahun 2015 lalu. “Secara kumulatif impor di 2016 turun 4,49 persen dibanding periode yang sama di 2015,” ujarnya.

Dari negara terbesar yang mengimpor ke Indonesia, China tetap yang paling banyak. “Impor China mencapai US$ 30,69 miliar atau 26,24 persen. Kemudian disusul Jepang dan Thailand,” pungkas Kecuk.

 

Laporan: Busthomi

Artikel ini ditulis oleh: