Jakarta, Aktual.com – Politikus Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Muhammad Syafi’i menyebut ada oknum elit yang ingin membangun Islamphobia di Indonesia. Islamphobia ini merupakan desain internasional yang akan dibawa masuk ke Indonesia.
Hal ini dikatakan Syafi’i menanggapi fenomena ormas islam yang belakangan kerap bersitegang dengan aparat keamanan.
“Ini desain internasional. Sayangnya banyak elit kita kemudian meneruskan, tidak bisa memfilter. Sehingga merasa melakukan itu adalah sesuatu yang benar. Arahnya ke sana. Islamphobia,” ujar Syafi’i di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (19/1).
Bahkan, Pria yang akrab disapa Romo Syafii ini menilai proses hukum terhadap ulama, terutama pimpinan Front Pembela Islam Habib Rizieq Shihab, syarat unsur kepentingan.
“Jadi ini dari barat, sementara actionnya di sini adalah orang-orang yang punya kepentingan, dan orang yang punya kepentingan ini tidak bisa melakukan apa-apa kalau tidak ada kekuasaan. Berarti oknum-oknum elit negeri ini (yang melakukan itu),” ungkap Anggota Komisi III DPR ini.
Bukan tanpa dasar, menurutnya, bila ditarik sejarah jauh ke belakang yang mengutip buku Samuel Huntington, dimana pascaperang dingin antara Timur dan Barat, membuat Barat menjadikan Islam sebagai musuh.
“Dalam rangka mencapai maksud itu, mereka membuat konspirasi. Konspirasinya apa? Ya tentu melakukan pelemahan, penguasaan dan perampokan terhadap umat islam dan wilayah yang diduduki umat islam,” kata Syafii.
Bentuk operasional dari konspirasi itu, sambungnya, dengan membuat bagaimana agar posisi umat islam menjadi lemah. “Yaitu dengan stigma teroris, merupakan bagian dari konspirasi ini,” tambah dia.
Dia lantas mencontohkan penyerangan negara-negara Islam. Di antaranya saat Israel menyerang Palestina, yang dibilang teroris itu adalah Palestina, yaitu Hammas. Kemudian, saat Amerika Serikat menyerang Afghanistan, yang teroris itu Afghanistan, Alqaeda. Kemudian, Amerika Serikat yang menyerang Suriah, maka terorisnya adalah Suriah.
“Ternyata ini bukan istilah baru. Waktu Belanda menjajah Indonesia, yang jadi teroris adalah Indonesia dan Soekarno,” sebutnya.
Upaya seperti ini pun, kata Syafi’i, berjalan secara sistematis dan masif. Bahkan, sekarang stigma itu terus terjadi dengan membentuk opini Islam sebagai teroris dan orang-orang yang brutal.
“Tapi, stigma ini terbalik ketika ada aksi 411, dan 212, yang super damai, super Indah, super sejuk, dan segala macam,” jelasnya.
Dengan aksi 411 dan 212 ini, lanjutnya, maka stigma umat Islam yang brutal runtuh. Sehingga, harus memutarbalikan fakta lagi agar Islam terstigma jelek kembali.
“Makanya, Kemudian, bagaimana stigma negatif ulama-ulama ini muncul. Mereka ingin membuat ulama ini jangan menjadi hebat. Mereka juga khawatir, Habib Rizieq jadi Khumaeni Indonesia, karena itu harus cepat-cepat dibuat stigma (buruk lagi). Apa yang terjadi sekarang? Gerakan apa saja yang membantai ulama, dan islam, itu pasti dapat dukungan, minimal dibiarkan,” tukasnya.
Syafi’i menyayangkan adanya orang yang membawa senjata sampai ke dalam Bandara di Kalimantan Tengah. Padahal, penyebutan kata ‘bom’ di Bandara saja bisa dipenjara, namun ini yang jelas-jelas membawa senjata tajam malah dibiarkan. “Itu kan yang dilanggar bukan hanya hukum nasional, tapi internasional,” ucap dia.
Contoh selanjutnya, kata Syafi’i, seperti yang terjadi di Bandung, ketika Habib Rizieq diperiksa untuk kasus penistaan Pancasila. Umat islam yang memberikan dukungan tidak boleh masuk ke Mapolda, dan dibatasi dengan pagar kawat berduri.
“Sementara, di dalamnya polisi mengawasi gerakan umat islam, dan dibelakang itu Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia, bawa pentungan. Begitu selesai diperiksa, Habib Rizieq berpesan diperiksa dengan santun dan mengajak umat untuk pulang. Begitu pulang, massa ulama dan santri dipukuli, dianiaya. Ada yang mobilnya hancur, motornya hancur, patah tangan, macem-macem. Itu dibiarkan juga. Kenapa? Karena korbannya ulama,” pungkasnya.
Karena itu, dia menyangsikan proses hukum yang terjadi kepada ulama dan ormas Islam itu berdiri sendiri.
“Karena itu, mereka melakukan upaya-upaya seperti (melemahkan ulama dan islam) ini,” tandas Syafi’i.
Laporan: Nailin
Artikel ini ditulis oleh: