Jakarta, Aktual.com – Menteri Tenaga Kerja Hanif Dakhiri meminta masyarakat untuk tidak mudah percaya informasi ramainya tenaga kerja ilegal dari China. Kalau pun ada, kata dia, jumlahnya masih sangat sedikit.
“Selama ini orang bilangnya itu serbuan, katanya di Kalimantan ada serbuan tenaga kerja China. Wong yang datang cuma 60 orang kok serbuan. Tolong lah masyarakat jangan membesar-besarkan beritanya,” kata dia, di acara diskusi SARA, Radikalisme, dan Prospek Ekonomi 2017, di Jakarta, Senin (23/1).
Bahkan, kata dia, pihaknya tak mempermasalahkan jika disebut ada pekerja China yang malah bertransaksi dengan Yuan di daerah tertentu. Kata dia, itu masih hal yang wajar.
“Banyak yang bilang, ada yang sampai transaksi menggunakan yuan. Lho, so what? Biarain saja. Saya saja kalau di Jeddah (Arab Saudi) transksi dengan rupiah. Cuma pada intinya pemerintah terus melakukan sesuatu (soal ketenagakerjaan),” klaim Hanif.
Menurut dia, saat ini jumlah tenaga kerja asing sebanyak 74 ribu, bahkan lebih sedikit dari TKA di tahun 2011 yang berjumlah 77 ribu. “Tapi saat itu, tak dipermsalahkan? Saya menduga ini hanya isu politik saja,” klaim dia lagi.
Meski begitu dia mengakui, pemerintah tetap melarang Warga Negara Asing untuk masuk di sektor pekerja. Dirinya mengkhawatirkan justru segmen kelas menengah ke atas yang di dalam negeri masih rendah.
“Pekerja kasar dari asing itu tidak boleh. Itu by regulation. Kalau ada itu saya tindak. Saya justru khawatir untuk middle up. Jika SDM seperti itu tak bisa kita pasok dan mereka datang secara legal, kita akan kalah,” paparnya.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan