Jakarta, Aktual.com – Para Menteri dari negara anggota World Trade Organization (WTO) sepakat menjaga sistem perdagangan multilateral sebagai arus utama perdagangan dunia, untuk mengurangi risiko terjadinya perang dagang antar negara.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa pandangan Indonesia terkait sistem yang dikelola oleh WTO hingga saat ini masih merupakan yang terbaik, dengan berbagai kekurangannya.
“Pilihan lainnya hanya chaos, di mana satu negara secara unilateral dapat menghukum negara lain yang dianggap berbuat curang, tanpa melalui proses hukum yang adil dan obyektif berdasarkan dokumen hukum yang sebelumnya telah disepakati bersama,” kata Enggartiasto, dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (23/1).
Kesepakatan para menteri anggota WTO tersebut diambil guna mengantisipasi menguatnya sistem perdagangan unilateral yang bila dibiarkan akan meningkatkan risiko perang dagang antar negara.
Para menteri dari 29 negara sepakat mempersiapkan lebih dini pelaksanaan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke-11 Desember 2017 di Buenos Aires, Argentina, guna mengembalikan kepercayaan dunia pada sistem perdagangan multilateral di bawah WTO.
“Dirjen WTO mengakui bahwa negara anggota cukup aktif membahas berbagai isu setelah KTM Nairobi, namun belum ada kemajuan yang signifikan sebagai basis untuk menyusun prioritas isu yang akan dibawa ke KTM Buenos Aires,” kata Enggartiasto.
Merespons dua pertanyaan dasar tentang pencapaian KTM Buenos Aires dan bagaimana mencapainya, sebagian besar menteri menyuarakan harapannya (wish list) agar dapat dibahas segera.
Beberapa isu yang banyak diangkat di antaranya adalah perundingan sektor pertanian, subsidi di sektor perikanan, peraturan domestik di sektor jasa, disiplin ketentuan anti-dumping dan subsidi, serta isu-isu baru seperti fasilitasi perdagangan jasa, fasilitasi investasi, e-commerce, dan UMKM.
“Indonesia menegaskan perlunya memulai proses persiapan menuju KTM Buenos Aires dari landasan yang jelas, dan bagi Indonesia landasan itu adalah hasil-hasil KTM Bali dan Nairobi,” tambah Enggartiasto.
Tanpa kejelasan, maka proses selanjutnya di Jenewa akan sulit dikelola karena setiap negara dapat mengusulkan apa saja untuk dibawa ke KTM Buenos Aires.
Enggartiasto meminta peserta untuk memulai proses persiapan dengan menindaklajuti hasil KTM di Bali dan Nairobi, mengupayakan penyelesaian proposal public stockholding dan special safeguard mechanism dengan fokus pada pencapaian tujuan dan bukan pada wahana untuk mencapainya.
Indonesia menyatakan siap menjajaki isu-isu baru sepanjang isu-isu Doha juga dibahas guna dicarikan penyelesaiannya lebih dulu, sebelum memulai perundingan isu-isu baru. Namun, tetap harus memperhatikan kepentingan pembangunan negara-negara berkembang.
Enggartiasto dalam kesempatan tersebut mengusulkan untuk mengutus pejabat senior dari ibu kota masing-masing negara anggota ke Jenewa bila langkah tersebut diperlukan untuk membantu proses persiapan menuju Buenos Aires.
KTM WTO Buenos Aires akan banyak diwarnai ketidakpastian, setidaknya hingga pertengahan tahun ini. Hal tersebut dikarenakan salah satu negara anggota kunci yakni Amerika Serikat belum dapat memberikan kejelasan mengenai arah kebijakan perdagangannya secara umum dan harapannya terhadap WTO secara khusus.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan