Aceh, Aktual.com – Lewat beragam permainan, para ibu-ibu sebagian kecil peserta kaum bapak dibawa larut. Ragam sugesti membuat mereka lupa akan masalah yang melanda Aceh silam.
“Apa pun yang kita lakukan mengandung energi positif,” kata Dewi Puspaningtyas Faeni pada akhir Januari 2017. Dia juga seorang psikolog yang juga penulis.
Dewi datang ke Pidie Jaya bersama organisasi perempuan Aceh dan memberikan pelatihan hypnosis trauma healing bagi para guru yang sebagian besarnya kaum ibu.
“Lupakan masalah,” ujar Dewi. Jari-jarinya menepuk pelan ubun seorang ibu. Perkataan relaksasi yang dia lontarkan benar-benar membuat peserta lupa akan beban. Hampir semuanya terlelap, larut bersama musik yang terdengar samar. Kepala mereka kemudian merebah pada sandaran kursi.
Dewi kemudian menceritakan sebuah kisah. Semua peserta Hypnosis terlibat dalam cerita itu. Mereka diajak ke sebuah tempat yang indah dan nyaman. “Rasakan keindahannya. Kau akan semakin ngantuk, ngantuk sekali. Seluruh persendian tubuh semakin lambat dan kau semakin tentang,” kata dewi memberi arahan.
“Sebentar lagi kau akan saya bawa untuk bertemu dengan orang yang begita kau kasihi.” Dalam lelap yang semakin dekat, semua diajak untuk ikut dalam arahan Dewi.
Lantas semua terlelap. Sebagian dengan wajah tertunduk dan yang lainnya lagi terkulai di atas sandaran kursi. Dan saat Dewi mengakhiri sugesti, mereka perlahan membuka mata dan sebagiannya menguap. Tersirat merah dari mata-mata putih mereka.
“Ibu-ibu berada pada gelombang alfa dan teta. Jika anda tertidur sangat sulit untuk membangunkannya,” ujar Dewi memberi penjelasan. Saat seseorang terhipnosi berarti dia berada dalam setengah sadar dan sugesti masuk dalam alam bawah sadar.
Hypnosis, kata Dewi merupakan terapi kesehatan mental yang amat penting diterapkan pada kehidupan. Keberhasilan hypnosis, lanjut Dewi, harus didasari pada kerelaan pasien. Di mana, esensi dari terapi ini adalah membahagiakan siapapun yang tengah depresi.
Namun demikian, banyak kesalahan pemahaman dalam masyarakat. Misal saja anggapan bahwa laki-laki tabu jika menangis. Padahal, kata Dewi, dalam situasi struktur ekososial, orang yang sehat adalah yang mampu menyalurkan semua ekspresi dan juga emosinya. “Penting membangun semua ransangan emosi dan itu sehat.”
Sebanyak 67 persen penyakit, berasal dari pikiran, karena itu hypnosis menjadi penting untuk menjaga pikiran tetap berlaku positif. Dewi berpesan, kaum ibu yang sebagian besarnya adalah guru, bisa mempraktekkan apa yang didapatkan dari pelatihan itu kepada siswa dan semua orang di lingkungan terdekatnya.
Apa yang diajarkan diharapkan menjadi lingkaran yang tak henti berputar. “Terus sampaikan kebaikan ini karena hypnosis mengajarkan untuk hidup sehat dan hidup positif,” kata Dewi.
Ida Yuliati, Ketua Tim Penggerak PKK Aceh sebagai penggagas pelatihan trauma healing bagi guru di Pidie Jaya menyebutkan, para korban gempa bumi Pidie Jaya khususnya para siswa membutuhkan pendampingan.
Diantara kebutuhan masyarakat adalah penanganan trauma paska gempa. “Lewat pelatihan ini, kita berharap guru menjadi orang terdepan yang membangun karakter anak menjadi lebih baik,” ujar istri Pelaksana Tugas Gubernur Aceh itu.
Sumarni, Kepala Sekolah Dasar Teupin Pukat, salah satu sekolah percontohan Inklusi di Kecamatan Pidie Jaya adalah salah satu guru yang paling senang dengan digelarnya pelatihan itu. Bagi Sumarni, apa yang dia pelajari di Aula Kantor Camat Trienggadeng itu merupakan bekal yang ia akan bawa dan ajarkan di sekolah yang ia asuh.
“Kita bisa praktikkan itu di sekolah untuk menghilangkan trauma bagi anak,” ujar Sumarni.
Di sekolahnya, Sumarni mengajarkan 40 siswa berkebutuhan khusus dan inklusif: ada yang tunarungu, autism, down syndrome, cacat fisik hingga cacat ganda. Mereka adalah orang istimewa yang tentu perlu penanganan istimewa.
Sejak gempabumi yang melanda Aceh khususnya kawasan Pidie Jaya, para siswa Teupin Pukat trauma untuk belajar di ruang kelas. Satu hingga dua pekan pertama usai gempa, mereka bahkan tidak mau masuk kelas. Jadinya proses belajar-mengajar berlangsung di bawah tenda darurat. “Sekarang tendanya sudah rusak kena angin dan hujan,” ujar Sumarni.
Sumarni mengakui, trauma akibat gempabumi bagi anak tidak bisa cepat dipulihkan. Anak-anak, ujarnya, lebih merasa nyaman ketika bergabung bersama dengan teman seusianya di sekolah. Karena itu, pelatihan bagi guru sangat penting sebagai bekal membantu anak menghilangkan trauma.
“Bahkan bila perlu buat trauma healing di sekolah-sekolah langsung. Kami sangat butuh,” ujar Sumarni.
Sementara Nazariah, pengajar di PAUD Bungong Keupula Dayah Lubok, Ulim Pidie Jaya, menyebutkan apa yang diajarkan Dewi sangat bermanfaat. Bagi guru yang mengajar anak di bawah usia taman kanak-kanak, persoalan keilmuan yang ia dapat dari pelatihan trauma healing berkaitan erat dengan praktik pengajaran psikologi anak. Apalagi, para siswanya sebagiannya merupakan korban gempabumi yang tentu menyisakan trauma.
“Masalah gerak tubuh adalah sesuatu yang anak sukai,” ujar Nazariah. Semua itu, lanjutnya, sangat penting bagi tumbuh-kembang anak.
Laporan: Masriadi Sambo
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu