Jakarta, Aktuaal.com – Pakar IT dan Kriptografi CissRec, Pratama Persada menyebut, teknologi yang digunakan untuk menyadap komunikasi lewat telepon seluler tidak mudah dilakukan. Karena selain barangnya mahal juga tak sembarang orang bisa menggunakannya. Kecuali pemerintah dan penegak hukum.
Namun demikian, bagi yang punya dana besar bisa saja diakali antara lain melakukan pembelin melalui pasar gelap (black market).
Pernyataan Tama, panggilannya, itu terkait dengan dugaan tim pengacara terdakwa kasus penodaan agama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dianggap telah menyadap komunikasi mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Majelis Ulama Indonesia, KH Maruf Amin.
“Ada teknologi penyadapan yang saat ini dianggap modern, teknologi intercept. Tapi teknologi mahal sekali. Bisa mencapai Rp300 miliar,” ujar dia saat diskusi soal Ngeri-Ngeri Sadap, di Jakarta, Sabtu (4/2).
Untuk itu, kata dia, jika dikaitkan dengan kasus Ahok, memang dia belum mengkaji secara detail proses penyadapannya, namun dengan dana yang besar yang dimiliki tim Ahok, bisa saja alat itu dimilikinya.
“Saya memang belum mengkaji secara detail. Tapi dengan adanya intercept teknologi apapun itu bisa disadap. Meskipun untuk mendapat itu susah. Alat itu hanya dijual buat pemerintah dan penegak hukum. Dan yang membelinya harus mencantumkan data diri. Paling kalau punya duit banyak bisa beli di black market,” papar dia.
Alat ini, kata dia, sangat mutakhir. Sehingga yang disadap itu betul-betul tak mengetahui bahwa dirinya sedang disadap. Beda dengan dulu, ketika disadap itu tanda-tanda, seperti bunyi kresek-kresek, dan lainnya.
“Cuma ya itu tadi, yang jadi masalah intercept ini membuat oknum tertentu bisa beli black market. Walaupun prosesnya rumit,” tegas dia.
Makanya, kata Tama, dirinya meminta agar pihak kepolisian mengungkap kasus ini. “Agar pelaku dijatuhi hukukam berat. Karena ini ilegal. Dan yang disadap juga warga biasa,” pungkas dia.
(Laporan: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka