Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sepertinya mulai kehabisan akal dalam mengurangi defisit anggaran yang masih lebar. Penerimaan negara yang tak bisa digenjot maksimal, sementara angka belanja setiap tahunnya pasti meningkat.
“Saat ini target penerimaan negara cukup besar. Sementara ambisi belanja kita juga makin besar. Defisit kita tahun ini ditargetkan 2,41 persen. Makanya, jika perekonomian masih shock, pilihannya mau utang atau pangkas anggaran,” cetus dia, di acara seminar soal defisit anggaran yang digelar Fraksi Golkar, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (20/2).
Menurut dia, ada beberapa sektor yang tidak bisa dihindari, baik negara dalam kondisi punya uang atau sedang tak punya uang tetap harus dibelanjakan, yaitu sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur dasar.
“Untuk itu, kita harap penerimaan negara baik dari sektor pajak, bea cukai atau PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) terus meningkat. Kalau anggaran defisit, maka implikasinya, yaitu utang,” jelas dia.
Makanya, kata mantan Direktur Bank Dunia ini, ada kenaikan jumlah utang dalam setiap tahunnya dengan defisit anggaran tersebut.
“Sebab defisit yang di atas 2 persen itu akibatkan kenaikan jumlah utang setiap tahun. Tapi kalau lihat size ekonomi kita yang terus maju tak masalah. Di tahun ini, defisit kita 2,41 persen dengan pertumbuhan ekonomi 5,1 persen dan rasio utang 28 persen,” papar dia.
Untuk itu, agar defisit tak terlalu lebar, Menkeu juga menegaskan akan membuat proyeksi penerimaan negara secara akurat, sehingga APBN tak dalam kondisi yang ‘tidak pasti’ terlalu besar.
“Banyak belanja negara yang sudah jadi komitmen UU, kalau kelola APBN kalau sudah punya komitmen tidak ada ruang untuk manuver pendidikan 20 persen; kesehatan 5 persen; Jadi DPR dan Pemerintah sama-sama tahu. Seberapa mampu kami buat proyeksi DAU, DAK sudah disesuaikan dengan domestik netto kita,” papar Sri Mulyani.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan