Jakarta, Aktual.com – Dalam kitab Ad-Durar An-Naqiyyah , karya Al Imam Abdullah Bin Muhammad Shiddiq Al Ghumari RA menjelaskan bahwa sebagai seorang yang telah sampai pada maqom kewalian, niscaya banyak karomah yang bias kita ketahui dari kesaksian para murid serta keluarga Syekh Muhammad bin Shiddiq Al-Ghumari.
Dikisahkan bahwa beliau rahimahullah juga banyak berjasa dalam membebaskan budak-budak yang diculik oleh para penyamun yang biasa mencuri anak-anak belia dari daerah Marrakech maupun daerah lainnya yang terpencil. Setelah itu, para anak-anak belia tersebut kemudian mereka jual di daerah Tangier atau negara lainnya.
Beberapa wanita pembantu rumah tangga seringkali datang kepada Syekh Muhammad demi melarikan diri disebabkan karena tidak tahan dari pelecehan dan penindasan tuan mereka. Dan Syekh Muhammad kemudian menebus mereka dari tuannya dan membebaskannya.
Oleh para ulama semasanya, beliau pun dikenal sebagai tokoh ulama yang terkemuka dalam penguasaan keilmuan, kemakrifatan serta daya ingatnya yang sangat kuat.
Al Allamah Syekh Abbas Banai’ -salah satu ulama besar dari Universitas Qarawein- pernah meminta bantuan beberapa murid beliau di Fez untuk menanyakan pendapat beliau mengenai konflik di zawiyah.
Syekh Abbas Banai’ pernah bertanya kepada mereka (murid murid beliau): “Apakah beliau memperhatikan yang terjadi di zawiyah?”, mereka menjawab: “ya.” Dia (Syekh Abbas) bertanya lagi: “Kalau begitu saya harus lebih berhati hati lagi dalam urusan zawiyah, sebab dalam hal ilmu pengetahuan beliau adalah sosok yang menakutkan”.
Seorang ulama besar asal kota Fez yang tersohor dengan keahliannya di bidang ilmu ushul yaitu Syekh Maulay Abdullah Fadil pernah mengunjungi rumah beliau. Ketika beliau mengajak Syekh Muhammad bertukar pikiran dan berbagi ilmu seputar permasalahan ushul, ia (Syekh Maulay Abdullah) berkata kepada beliau: “Duhai tuanku! keilmuan saya hanya sebatas di majelis pengajian tempat biasa saya mengajar saja, di luar itu, saya tidak dapat mempresentasikan apapun.”
Syekh Abdul Karim ar Rafii Al Jadidi salah seorang pakar ilmu ushul, sempat berbangga dengan keilmuan dan hasil pengamatannya, ia pernah berkata: “Di Maroko tidak ada orang yang mengerti ilmu tentang Ushul”, padahal ia telah mengunjungi Fez, Rabat dan kota lainnya di Maroko untuk mengenal kualitas para ulamanya.
Sampai pada suatu hari ia tiba di kota Tangier dan berkunjung ke rumah Syekh Muhammad lalu berdiskusi tentang sebuah masalah. Setelah ia mendengar sendiri ulasan mendalam dari Syekh Muhamammd, ia berkata: “Nah, orang ini mengerti betul tentang ilmu ushul”.
Pada saat Syekh Muhammad wafat, salah seorang ulama besar Maroko, Syekh Abu Syueb Dukkali ketika sedang mengajar di majelisnya di Rabat berkata: “Pada hari ini, telah wafat seorang ulama al wahid (yang hanya ada satu di dunia/yang lain daripada yang lain).”
Kadang-kadang pada sebuah kesempatan, beliau menggantikan qadhi/hakim Tangier untuk bertindak sebagai khatib jumat di Masjid Agung Tangier. Dalam beberapa khutbah jumat, sebenarnya qhadhi/hakim sendiri ingin tampil sebagai khatib. Namun sebagian jamaah yang ada di belakang hakim tersebut menahannya dan mengingatkan: “Hendaklah kamu tahu diri! jika dibandingkan dengan beliau siapa kamu!”
Daya ingat beliau yang sangat kuat serta kecepatan intuisi yang dimiliki oleh Syekh Muhammad membuat para jamaah kagum serta mengunggulkan dirinya untuk bertindak sebagai khatib.
Tatkala beliau wafat, suasana negeri Maroko amat menggemparkan. Pemerintah Perancis pun secara serta merta membuka akses jalan ke Tangier tanpa harus memiliki izin kunjungan untuk para pendatang dari luar yang akan menghadiri pemakaman beliau.
Peristiwa pemakaman beliau diiringi oleh kumpulan masa dalam jumlah yang sangat besar yang belum pernah terjadi pada peristiwa lainnya. Dikisahkan bahwa ketika jenazah beliau telah tiba di Masjid Agung al A’dzam, lautan manusia terbentang dari masjid agung al A’dzam sampai halaman rumah beliau, sedangkan jarak antara keduanya tentu sangatlah jauh.
Orang orang Kristen dan Yahudi pun turut berduka cita, menangis tersedu sedu kala mereka melihat iring iringan jenazah beliau. Rasa kehilangan dan kesedihan menyelimuti mereka atas kepergian Syekh Muhammad yang terkenal dengan akhlaknya yang mulia, cita citanya yang besar, serta kemurahan hati yang beliau selalu tampakkan .
Pernah suatu hari ada seorang Yahudi datang ke rumah beliau untuk mengadukan perlakuan tidak baik dari salah seorang murid beliau. Beliau pun menyambut orang Yahudi itu dengan sangat ramah. Beliau menyejukkan hatinya dan menjanjikan kepadanya bahwa kekhawatirannya tidak akan terjadi lagi seraya meyakinkan bahwa beliau akan segera menyelesaikan masalahnya.
Setelah orang Yahudi itu keluar dari rumah beliau, ia (Yahudi) berkata:” Seandainya saya tidak takut murka para pendeta Yahudi, tentu akan kukatakan bahwa beliau (Syekh Muhammad) laksana Nabi Musa AS”.
Kalimat tersebut spontan terucap dari mulut seorang yahudi, karena ia telah melihat keagungan, kebesaran hati, dan akhlak mulia pada sosok Syekh Muhammad. Semoga Allah SWT Memberikan kita ilmu yang bermanfaat melalui limpahan keberkahan yang ada pada beliau. Amiin.
Laporan: Deden Sajidin
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid