Jakarta, Aktual.com – Salah satu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Hanief Saha Ghafur menyebut Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang merupakan anak kandung dari NU memang penting dalam melihat Pilkada 2017 di putaran kedua ini.
Menurutnya, justru risiko untuk memilih pasangan nomor 2 yaitu Ahok-Djarot jauh lebih besar ketimbang memilih pasangan ketiga, Anies-Sandi.
“Dan PKB harus cerdas untuk mengkritisi apa yang dilakukan oleh Ahok selama ini, baik dari sisi kebijakannya, perilakunya, maupun prestasinya. Sama juga dengan ke Anies,” tandas Hanief dalam diskusi yang digelar DKN Garda Bangsa, “PKB: Ahok atau Anies?”, di kantornya, Jakarta, Kamis (24/2).
Cuma memang, kata dia, kelemahan Ahok jauh lebih besar dibanding sosok Anies. Lagi-lagi, dilihatnya dari sisi, perilaku Ahok, kebijaknnya dan prestasinya.
“Jadi pilihannya lebih tepat ke Anies dibanding ke Ahok. Coba lihat dari sisi kinerja baik serapan anggaran APBD maupun dari kondisi banjir. Ternyata serapan anggarannya cuma 60 persen. Artinya banyak program yang tak jalan. Ini masalah besar. Kemana saja kinerjanya Ahok?” tandas Hanief.
Sementara dari sisi perilaku, kata dia, warga Nahdliyin tentu sudah paham bagaimana perilaku Ahok selama ini. “Makanya, secara partai PKB harus bersikap dan mencari risiko atau mudharat yang mana yang lebih kecil,” jelas dia.
Sementara, terkait suara PBNU sampai sekarang tetap netral sesuai khittahnya. “PBNU tak mendukung dua-duanya. Ini sesuai khittah kita. Tapi kalau PWNU DKI sepertinya ke Anies,” ungkap Hanief.
Di tempat yang sama Ketua Umum DKN Garda Bangsa, Cucun A Samsyurijal menegaskan, saat ini PKB sendiri masih menunggu suara langit atau menunggu arahan dari para kiai NU untuk menentukan pilihan dalam Pilkada 2017 putaran kedua nantinya.
“Sementara kami ini kan dari suara bumi. Makanya dari diskusi ini kita harapkan menjadi masukan bagi DPP PKB,” tegas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid