Gorontalo, Aktual.com – Harga bensin eceran di wilayah terisolasi akibat terputusnya lintas Sulawesi di bagian barat Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, mencapai Rp30.000 per liter.
Kepala Desa Windu, Kecamatan Biawu, Jaida Ibrahim, Selasa (28/2) di Gorontalo mengatakan, harga bensin eceran naik tajam menembus Rp30.000 per liter, sejak Kamis (22/2).
Menurut dia, kenaikan dipicu kelangkaan bensin akibat distribusi yang terhenti pascalongsor dan memutus akses transportasi darat di lintas Sulawesi ini, sejak Rabu (22/2).
Akibatnya kata Jaida, warga berebutan mencari bensin bahkan ada yang nekat membeli di wilayah tetangga, diantaranya dari Kecamatan Palele, Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. “Kondisi ini sangat memicu kenaikan harga,” ungkapnya.
Camat Biawu, Ilyas Lagarusu membenarkan kenaikan harga bensin eceran di wilayah itu, termasuk harga gas elpiji ukuran 3 kilo gram yang naik dari Rp20.000 per tabung menjadi Rp40.000 per tabung.
Warga bahkan nekat membeli gas di kecamatan tetangga, seperti Kecamatan Sumalata. Mereka menumpang perahu pelang dengan biaya sewa Rp300 ribu per orang, agar bisa mendapatkan kebutuhan dasar rumah tangga tersebut.
“Kondisi ini sangat dikeluhkan, sebab tidak ada bahan bakar alternatif yang tersedia,” ujarnya.
Pemerintah kabupaten melalui Wakil Bupati Roni Imran, usai kunjungannya pada Senin (27/2), memastikan pasokan gas elpiji dilakukan hari ini (Selasa, red) yang diangkut menggunakan kapal cepat milik Basarnas dan Dinas Sosial setempat, akan langsung didistribusikan pihak pangkalan.
Selain itu kata Ilyas, pemerintah daerah dibantu pihak swasta, sedang berupaya membersihkan longsoran sepanjang 1 kilo meter di Desa Sembihingan Kecamatan Biawu yang menutup seluruh badan jalan.
Jika longsoran tersebut berhasil dibersihkan, dipastikan wilayah ini tidak lagi terisolasi.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menyebut, 50 titik longsor di sepanjang Kecamatan Sumalata Timur, Sumalata, Biawu dan Tolinggula serta 1 jalan putus di Desa Puncak Mandiri Kecamatan Sumalata, terjadi pada Rabu (22/2) memutus akses transportasi darat di lintas Sulawesi bagian barat itu.
ANT
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan