Warga memeriksa meteran listrik di Rumah Susun Bumi Cengkareng Indah, Jakarta, Sabtu (21/1). Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM menyatakan tarif listrik daya 900 VA non-subsidi akan naik per KWh sebanyak 32 persen. Kenaikan tersebut akan dilakukan bertahap dalam tiga bulan ke depan, pada bulan Januari-Maret-Mei. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan penyesuaian tarif listrik untuk rumah tangga dengan daya 900 VA, menjadi salah satu penyebab terjadinya inflasi pada Februari 2017 sebesar 0,23 persen.

“Penyebabnya (inflasi) karena penyesuaian subsidi listrik bagi rumah tangga dengan daya 900 VA, yang membayar dengan pasca bayar,” kata Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/3).

Dengan inflasi pada Februari mencapai 0,23 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-Februari 2017 telah mencapai 1,21 persen dengan inflasi dari tahun ke tahun (year on year) tercatat sebesar 3,83 persen.

Sementara, komponen inti pada Februari 2017 tercatat mengalami inflasi 0,37 persen, dengan tingkat inflasi inti dari tahun ke tahun (year on year) sebesar 3,41 persen.

Suhariyanto mengatakan inflasi Februari 2017 ini lebih tinggi dari periode sama tahun 2015 dan 2016 yang masing-masing tercatat deflasi sebesar 0,36 persen dan 0,09 persen.

“Namun, inflasi ini bergerak jauh lebih kecil dibandingkan periode sama tahun 2013 dan 2014 yang masing -masing tercatat 0,75 persen dan 0,26 persen,” ujarnya.

Dari kelompok pengeluaran, kontribusi terbesar inflasi berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang menyumbang 0,75 persen karena kenaikan harga tarif listrik.

Penyumbang lainnya dari kelompok sandang 0,52 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,39 persen dan kelompok kesehatan 0,26 persen.

“Kelompok sandang terpengaruh oleh kenaikan harga emas di pasar internasional, sedangkan kelompok makanan jadi terpengaruh oleh kenaikan harga rokok kretek dan rokok kretek filter,” kata Suhariyanto.

Selain itu, kelompok pengeluaran yang juga menyumbang inflasi yaitu kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,15 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,08 persen.

“Kelompok transportasi terpengaruh oleh kenaikan tarif pulsa ponsel, meski ada penghambat berupa penurunan tarif angkutan udara,” kata Suhariyanto.

Kelompok pengeluaran yang menyumbang deflasi pada Februari adalah kelompok bahan makanan yang tercatat deflasi 0,31 persen karena harganya terkendali dan mengalami penurunan.

“Harga bahan makanan terkendali. Ini bagus, karena biasanya pergerakannya luar biasa, tapi Februari bisa mengalami deflasi,” tambah Suhariyanto.

Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabai merah yang turun 0,75 persen, daging ayam yang turun 6,1 persen, telur ayam yang turun 4,3 persen dan beras yang turun 0,15 persen.

“Komoditas bahan makanan yang masih mengalami kenaikan pada Februari adalah cabai rawit dan bawang merah,” ungkap Suhariyanto.

Secara keseluruhan, komponen harga diatur pemerintah merupakan faktor utama penyebab inflasi Februari 2017 dengan menyumbang inflasi 0,58 persen. Sedangkan harga bergejolak justru menekan inflasi karena tercatat deflasi 0,36 persen.

Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 62 kota mengalami inflasi dan 20 kota menyumbang deflasi pada Februari 2017.

BPS mencatat inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,16 persen dan terendah di Ternate sebesar 0,03 persen. Sedangkan, deflasi tertinggi di Jambi sebesar 1,4 persen dan terendah di Bungo sebesar 0,02 persen.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan