Jakarta, Aktual.com – Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Abra PG Talattov mengatakan laju inflasi sepanjang 2017 berpotensi menembus 4 persen, yang merupakan target inflasi pemerintah dalam APBN 2017.
Menurut Abra, jika dilihat dari polanya dibandingkan dengan 2015 dan 2016 lalu, inflasi 2017 diprediksi akan lebih tinggi.
“Misalnya selisih antara inflasi Januari 2017 dengan 2016 0,45 persen. Februari 2017 dengan 2016 0,32 persen. Inflasi tahun ini berpotensi tembus 4 persen, terutama disumbang inflasi Mei-Juli nanti,” ujar Abra saat dihubungi di Jakarta, Rabu (1/3).
Sebeleumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis inflasi pada Februari 2017 mencapai 0,23 persen di mana penyesuaian tarif listrik untuk rumah tangga dengan daya 900 VA menjadi salah satu penyebabnya.
Dengan inflasi pada Februari mencapai 0,23 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-Februari 2017 telah mencapai 1,21 persen dengan inflasi dari tahun ke tahun (year on year) tercatat sebesar 3,83 persen.
Sementara, komponen inti pada Februari 2017 tercatat mengalami inflasi 0,37 persen, dengan tingkat inflasi inti dari tahun ke tahun sebesar 3,41 persen.
Inflasi Februari 2017 ini lebih tinggi dari periode sama tahun 2015 dan 2016 yang masing-masing tercatat deflasi sebesar 0,36 persen dan 0,09 persen.
Secara keseluruhan, komponen harga diatur pemerintah merupakan faktor utama penyebab inflasi Februari 2017 dengan menyumbang inflasi 0,58 persen. Sedangkan harga bergejolak justru menekan inflasi karena tercatat deflasi 0,36 persen.
Abra menambahkan, agar inflasi tetap di bawah target, pemerintah harus menjaga betul inflasi dari kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices).
“Misalnya tarif listrik untuk tahap ketiga (Mei) sebaiknya dibatalkan atau ditunda, karena waktunya berbarengan dengan bulan puasa dan lebaran,” ujar Abra.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan