Menteri Keuangan Sri Mulyani - Trump Effect. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menepis anggapan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cuma ditopang oleh konsumsi masyarakat adalah bukan sesuatu yang salah.

Pasalnya, klaim dia, hal itu pun terjadi di negara-negara maju dimana konsumsi masyarakatnya melebihi 50 persen dan jadi motor penggerak pertumbuhan.

“Kalau kita lihat, kondisi ekonomi hari ini permintaan kita didominasi oleh konsumsi, yang sebetulnya itu tidak salah. Sebab banyak negara maju yang konsumsi itu hingga 65 persen dari GDP,” ujar dia, di Jakarta, Kamis (2/3).

Menurutnya, selama masyarakat masih memiliki daya beli yang cukup baik, berarti juga masih ada kesempatan kerja dan dari sisi kesejahteraan juga masih baik.

“Maka kalau begitu, pertumbuhan ekonomi akan terusbbertumnuh dengan baik. Cuma memang hal itu taknakan sustain, tanpa adanya investasi,” cetus dia.

Makanya kemudian, kata dia, pemerintah terus menggalakkan kebijakan untuk mengundang investasi. “Karena dia (investasi) engine of growth dan meningkatkan sektor produksi,” tegasnya.

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi dalam sepuluh tahun ini rata-rata sebesar 5,6 persen. Angka itu, kata dia, relatif tinggi dibandingkan negara lain dengan kondisi ekonomi global saat ini.

“Tapi tahun-tahun ini ekonomi Indonesia dan negara-negara dunia mengalami perlambatan. Dan ini tercermin dari ekspor kita yang negatif dan itu terlihat juga dari harga komoditas yang menurun. Ekspor kita nilainya memang masih negatif selama tiga tahun ini. Mudah-mudahan di 2017 ini menjadi momentum pemulihan ekonomi kita,” paparnya.

Namun demikian, dia mengakui selama ini dari sisi permintaan terutama terkait belanja pemerintah masih belum optimal. “Karena idealnya, sisi permintaan berasal dari masyarakat untuk konsumsi, korpirasi masyarakat yang melakukan investasi, pemerintah yang melakukan belanja, dan dsri luar negeri yang melakukan ekspor-impor,” jelas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan