Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia melihat, potensi inflasi di 2017 bakal lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Sebab tantangan inflasi tak hanya dari pengendalian harga pangan bergejolak (volatile food), tapi juga harga-harga yang ditentukan pemerintah (administered prices).

Menurut Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, sejak awal 2017 laju inflasi (year-on-year) mengalami kenaikan akibat kenaikan biaya STNK dan tarif tenaga listrik. Sehingga inflasi di awal tahun cukup tinggi. Di Januari mencapai 0,91 persen dan 0,23 persen di Februari.

Diprediksi, lajunya akan lebih tinggi lagi. Apalagi di Maret dan Mei 2017 itu akan kembali ada kenaikan tarif listrik dan kemungkinan ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

“Jadi, pengendalian inflasi di tahun ini akan jauh lebih menantang dibandingkan dengan tahun lalu. Volatile food masih tinggi dan ada kenaikan administered prices. Itu semua tugas pemerintah pusat dan daerah,” ujar Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara di Jakarta, Jumat (3/3).

Selain itu, harga minyak internasional juga mengalami kenaikan akan membuat pemerintah mencabut subsidi energi. Sementara pada 2016, tidak ada kenaikan inflasi administered prices dan harga minyak juga rendah.

Dia menyebutkan, kenaikan tarif listrik di 2017 sampai tiga kali dipastikan akan mendorong laju inflasi dari komponen harga ditemtukan pemerintah. “Tantangan kami menjaga inflasi. Kalau di APBN 2017 asumsi sebesar 4 persen. Kalau BI di kisaran 4 persen plus minus 1 persen,” ucapnya.

Mirza mengungkapkan, solusi yang paling ideal untuk mengendalikan inflasi di tahun ini adalah menekan laju inflasi dari komponen harga pangan bergejolak (volatile foods) yang merupakan wilayah kerja Pemerintah Pusat dan Daerah.

“Kami di BI akan membantu kebutuhan data dan analisis terkait upaya pengendalian inflasi,” jelas Mirza.

Dia mengatakan, upaya pemerintah mengurangi subsidi terkait dengan rencana melakukan efisiensi dan produktivitas belanja di APBN sebagai upaya meningkatkan peringkat Surat Utang Negara (SUN) oleh lembaga rating internasional.

“Pada tahun 2017 ini pemerintah akan menjadikan APBN lebih efisien dan produktif lagi, jika ingin mendapatkan rating yang bagus di obligasi negara. Maka, pemerintah mengurangi subsidi listrik dan mungkin juga BBM,” tutur Mirza.

Dan kata dia, pengurangan subsidi listrik sudah diputuskan oleh pemerintah. “Jadi, solusinya bukan pengurangan subsidi listrik yang tidak jadi. Jadi, komponen inflasi lainnya yang harus dikendalikan, yakni komponen volatile foods-nya. Makanya inflasi tahun ini bisa tinggi, bisa 5 persen,” pungkas Mirza.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan