Jakarta, aktual.com – Dalam kitab Ad-Durar An-Naqiyyah dihikayatkan bahwa Syekh Abu Al Fadl Sayid Abdullah Bin Muhammad Shiddiq Al Ghumari kerap mendapatkan rintangan yang luar biasa sulit dan berat pada masa permulaan beliau tiba di Mesir.
Lantas beliau mengirim surat kepada ayahnya (Syekh Muhammad Bin Shiddiq Al Ghumari ra) mengeluhkan kondisinya yang tak nyaman selama di perantauan, kemudian beliau mendapat surat balasan dari ayahnya yang berisi: “Bersabarlah engkau (wahai putraku)..karena sesungguhnya kamu akan menjadi ‘Aliman Kabiran Muhaqqiqan Syahiran (ulama besar dan penelaah hukum yang masyhur) dan kelak para ulama Al Azhar pun akan membutuhkanmu..” dan ucapan ayahnya tersebut sungguh telah menjadi sebuah kenyataan.
Beliau termasuk salah seorang figur ulama sentral di Mesir dan hampir semua murid beliau menjadi ulama besar serta memegang peranan penting baik menjabat sebagai mufti, dai, qhadli atau hakim dan jabatan kegamaan penting lainnya.
Murid beliau banyak jumlahnya dan menyebar di seantero dunia, bisa dikatakan bahwa tidak ada satupun kemakmuran di suatu Negara muslim kecuali disana ada murid beliau. Selain di Mesir dan Maroko, murid-murid beliau juga banyak yang berasal dari Indonesia, Turki, Yugoslavia, Rumania, Hijaz, Sudan, Somalia, Ethopia, Syiria, Palestina, Pantai Gading dan Negara lainnya.
Karya beliau dalam penguraian beberapa cabang ilmu maupun dalam penelaahan atas kitab-kitab karangan ulama terdahulu mencapai seratus kitab jumlahnya, diantara karya ulama pendahulunya yang telah beliau tahqiq (menelaah dan menelusuri asal muasal uraian pendapat maupun dalil) antara lain kitab Al Maqashid Al Hasanah karya Al Hafidz As-Sakhawi, kitab Akhlaq An-Nabi karya Al Hafidz Abu Syeikh Ibnu Hayyan, Tanzih Syari’ah Marfu’ah ‘an Ahadist Maudhu’ah karya Ibnu ‘Iraq, Al Masanid Al Tsalatsah karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi, dan kitab Al Bahr Al Zakhar ( kitab fiqih madzhab Zaidiyah yang telah dicetak pada zaman Imam Yahya).
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid