Darmin-Sri Mulyani tak mampu genjot pertumbuhan. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Pengamat Ekonomi Senior, Umar Juoro menyebut pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada 2016 yang hanya mencapai 5,02 persen termasuk rendah. Padahal potensinya bisa mencapai 6 persenan.

Makanya, tak aneh jika masalah ekonomi ini selalu menjadi masalah utama dalam survey evaluasi kepuasan publik dua setengah tahun pemerintahan Jokowi-JK.

“Bagi rakyat itu ekonomi jadi penting. Sehingga kalau ekonomi cuma 5,02 persen sementara kontribusi tertingginya dari konsumsi rumah tangga, lalu rakyat dapat apa?” cetus Umar dalam acara Evaluasi Publik 2,5 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK, di Jakarta, Rabu (22/3).

Umar pun membandingkan dengan negara-negara lain yang mirip dengan Indonesia yaitu India. Padahal, India memiliki masalah sosial dan politik lebih ruwet dari Indonesia.

“Tapi India bisa tumbuh 7 persen, padahal kita dengan India sama-sama mengandalkan konsumsi domestik. Bahkan mereka juga tak seterbuka kita terhadap investor asing. Dan ekspor juga rendah. Ya diandalkan juga peran dari doestiknya,” tutur dia.

Kondisi ini, kata dia, karena menteri-menteri di tim ekonomi Jokowi tak terlalu bagus. Seperti Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasutioan dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

“Bukannya buruk tapi kinerja mereka biasa saja. Bahkan kinerja Sri Mulyani lebih buruk dari Chatib Basri (Menkeu sebelumnya). Bahkan Sri Mulyani waktu jadi Menkeu dulu juga lebih bagus. Tapi saat ini kurang bagus,” keluh dia.

Dari hasil survei nasional yang digelar oleh Indo Barometer, masalah utama yang dianggap gagal diselesaikan oleh pemerintahan Jokowi-JK adalah perekonomian rakyat (16%), harga pangan mahal (14,6%), masalah agama/SARA (8,3%), sulitnya lapangan kerja (6,3%), dan stabilitas politik (6%).

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan