Yogyakarta, Aktual.com – Semakin meningkatnya investasi di Yogyakarta dipicu oleh kebijakan pemerintah provinsi yang terus menekan angka upah minimum para pekerjanya agar selalu rendah.

“Pemda DIY mendiskriminasi buruhnya sendiri, termasuk dalam membuat aturan mereka selalu mencari cara supaya upah buruh itu rendah, biar investasi banyak masuk ke Yogyakarta,” ujar Kirnadi, Sekjen Aliansi Buruh Yogyakarta (ABY), Kamis (23/3).

Tujuannya, keuntungan yang diperoleh pengusaha atau investor agar tetap tinggi. Alasan ini pula bagi Kirnadi yang membuat Pemda DIY berani membikin kawasan-kawasan industri dengan menekan upah para pekerja.

Anggapan soal biaya hidup di Yogyakarta masih murah sudah sangat tidak relevan, sebab faktanya Maret 2016 BPS merilis bahwa DIY merupakan 10 provinsi termahal atau tingkat konsumtif paling tinggi.

Indeks gini DIY kini tertinggi se-Indonesia. Terjadi ketimpangan sangat besar antara si kaya dan si miskin. Per September 2016, rasio gini Yogyakarta mencerminkan ketimpangan pengeluaran masyarakat mencapai 0,425.

Artikel ini ditulis oleh:

Nelson Nafis
Nebby