Jakarta, Aktual.com – Perkembangan industri mebel dan furniture di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang notabenenya mantan pengusaha mebel ternyata tak membuat kinerjanya kian positif. Yang ada, sejak 2015 lalu terus mengalami penurunan performa.

Hal ini dikeluhkan oleh dunia usaha bukan hanya karena perlambatan ekonomi global, tapi juga kebijakan-kebijakan pemerintah di dalam negeri kurang berpihak terhadap industri mebel dan furniture ini.

“Memang dari faktanya, kita tak bisa hindari, bisnis furniture memang terkena dampak cukup besar dari pelambatan ekonomi global. Karena selama ini tujuan ekspor furniture paling dominan ada di negara-negara seperti Eropa, AS, China dan Jepang,” tegas ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara, kepada Aktual.com, di Jakarta, Selasa (28/3).

Data yang dimiliki Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), dari 20 negara eksportir produk mebel dunia, Indonesia hanya berada di peringkat ke-17. Dengan nilai ekspor mebel nasional pada 2015 cuma US$ 1,93 miliar.

Angka ini pun kian anjlok menjadi US$ 1,6 miliar pada 2016. Dan diperkirakan akan terus merosot di tahun ini yang hanya mencapai US$ 1,3 miliar. Nilai ekspor tersebut kalah jauh dari Vietnam (US$ 6,9 miliar) atau Malaysia (US$ 2,4 miliar) di 2015 lalu.

“Kondisi itu mestinya tak terjadi, jika pemerintah memberikan insentif bagi perkembangan industri mebel ini. Antara lain, aturan-aturan dalam industri mebel juga memberatkan pengusaha dalam melakukan ekspor,” tutur dia.

Kondisi itu, kata dia, sangat disayangkan, mengingat Presiden Jokowi yang mantan pengusaha mebel justru berpihak pada perkembangan industri sektor ini. Padahal selama ini, Presiden selalu menyuarakan untuk melindungi usaha mebel dan furniture. Jangan-jangan sikap seperti itu hanya pencitraan saja.

“Faktanya memang seperti itu (Jokowi tak berpihak ke industri mebel). Masalah perizinan saja masih jadi kendala. Harusnya pemerintah pusat hadir untuk mempermudah ekspor mebel,” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh: