Karyawan penukaran mata uang asing menunjukkan mata uang dolar dan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (9/11). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat jeda siang ini kian terpuruk di zona merah. Rupiah ditutup terapresiasi tipis 0,02% atau 2 poin ke level Rp13.084 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.058 – Rp13.099 per dolar AS. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Laju inflasi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) untuk Maret 2017 lalu yang mencatatkan deflasi 0,02 persen ternyata tak menjadi sentimen positif bagi pasar uang.

Pada pembukaan hari ini, laju nilai tukar rupiah terhafap dollar AS (USD) kembali mengalami pelemahan. Berdasar data Bloomberg, rupiah dibuka melemah ke level Rp13.328 atau melemah 3 poin dibanding penutupan kemarin yang berada di posisi Rp13325.

Menurut analis pasar uang dari Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, sentimen deflasi Maret ternyata tak bersifat jangka panjang. Memang kemarin sempat membuat rupiah diturup menguat.

“Tapi rilis inflasi yang dipersepsikan positif pada rupiah itu perlu diuji ketahanannya, terutama jika sentimen dari rilis positif inflasi telah lewat. Dan ternyata hari ini direspon negatif yang membuat rupiah melemah,” tandas dia di Jakarta, Selasa (4/4).

Menurutnya, masih kuatnya posisi USD dan kembali di zona hijau juga telah menghalangi potensi kenaikan lanjutan rupiah itu. Apalagi rilis data ekonomi di AS sana juga terus positif.

“Sehingga laju rupiah masih berada dalam rentang pergerakan tipis dan memang belum menemukan momentum kenaikannya kembali,” tandas

Untuk itu, kata dia, pelaku pasar harus tetap mencermati berbagai macam sentimen yang dapat mengubah arah penguatan rupiah.

“Kami perkirakan pergerakan rupiah untuk level supportnya akan berada di kisaran Rp13.336. Sedang untuk level resisten akan bergerak di rentang Rp13.312,” pungkas Reza.
(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid