Ketua Umum DPP PPP Romahurmuziy

Jakarta, Aktual.com – Ketua Umum DPP PPP Romahurmudzy (Romi) berkilah apa yang dialami partai berlambang ka’bah saat ini, juga pernah dialami pada 59 tahun yang lalu. Diketahui, konflik PPP terus berlanjut, terlebih PPP khususnya di tengah polemik Pilkada DKI Jakarta putaran kedua dengan ikut mengusung calon nomor urut dua Basuki Tjahja Purnama alias Ahok.

“Saya kira tidak jauh beda dengan (situasi) Kiyai Wahab tahun 59-an yang dihadapkan untuk ikut menjadi penompang kabinet gotong royong yang di dalamnya ketika itu ada PKI. Waktu itu Kiyai Wahab sebagai pemimpin tertinggi partai NU memilih menerima bergabung bersama kabinet yang belakangan disebut sebagai Nasakom,” kata Romi saat menerima silaturahmi pimpinan gerakan pemuda (GP) Anshor di Komplek Parlemen, Senayan, Senin (10/4).

“Bahkan, sementara Masyumi ketika itu memilih menolak dan pada 60-an dibubarkan oleh Bung Karno,” tambah dia.

Terlepas dari pembubaran Masyumi itu, sambung Romi, melihat posisi Nahdlatul Ulama (NU) masih menjadi alat perjuangan umat yang efektif dan berperan dalam segala lini kehidupan. Karenanya, kata dia jangan lupa akan sejarah.

“Jasmerah, dan saya coba untuk menerapkan sekarang bahkan bila dihubungkan dengan DKI, bahwa dulu PKI pada tahun 59- an itu tidak mengimani ketuhanan, dan itu saja NU bisa, apalagi ini cuma yang ini,” ujar anggota komisi III DPR RI itu.

“Jadi biarlah menjadi saksi sjarah apakah bangsa ini sudah cukup dewasa atau tidak atas perbedaanya, sehingga peran kita masing2 -masingbuntuk tidak mengekskalasi perbedaan itu, karena pilihan itu tidak harus sama bahkan suami istri saja boleh beda, itu saja boleh apalagi soal urusan DKI saja,” tandasnya. (Novrizal Sikumbang)

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang