Jakarta, Aktual.com – Perkembangan laju impor terus mengkhawatirkan, pasalnya dari bulan ke bulan angkanya terus mengalami peningkatan. Apalagi kemudian, impor terbesar masih didominasi oleh barang-barang dari China.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor di Maret 2017 mencapai US$13,36 miliar atau meningkat 17,65 persen dibanding Februari 2017.

“Bahkan angka saat ini cukup tinggi, apalagi jika dibanding Maret 2016 lalu mengalami peningkatan 18,19 persen,” tandas Kepala BPS, Suhariyanto di Jakarta, Senin (17/4).

Impor non migas Maret, kata dia, mencapai US$11,1 miliar atau naik 24,94 persen dibanding bulan sebelumnya. Dan dilihat secara year on year juga meningkat 13,81 persen.

“Sedang impor migas pada bulan lalu mencapai US$2,26 miliar atau turun 8,54 persen dibanding bulan sebelumnya. Tapi secara yoy, maalah naik tinggi sebesar 45,7 persen,” tutur dia.

Jika dilihat dari negara pemasok impor non migas dan dihitung sejak Januari-Maret 2017, ternyata China masih menjadi negara yang paling doyan mengimpor ke pasar Indonesia dengan nilai mencapai US$7,75 miliar.

“Angka tersebut sama dengan 25,75 persen atau seperempat impor kita. Kemudian kedua Jepang sebesar US$3,42 miliar atau sebesar 11,34 persen,” jelas Kecuk, panggilannya.

Selanjutnya di posisi ketiga, kata dia, berasal dari Thailand dengan jumlah impor US$2,15 miliar atau 7,15 persen. “Sementara impor non migas dari ASEAN, mencapai pangsa pasar 20,87 persen dan dari Uni Eropa sebesar 9,45 persen,” paparnya.

Peningkatan impor non migas Maret itu, kata dia, karena dipicu oleh impor golongan mesin dan peralatan listrik sebesar US$ 399,4 juta atau 36,84 persen. Sedang penurunan terbesar adalah golongan benda-benda dari besi dan baja sebesar US$85,8 miliar atau 40,06 persen.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan