Jakarta, Aktual.com – Kehidupan para pekerja kasar atau kuli sepertinya masih belum terlalu menggemberikan di bawah Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) ini. Pasalnya, untuk kalangan buruh bangun atau tukang, upah nominal hariannya nyaris mengalami stagnan, karena hanya naik 0,08 persen.
“Pada Maret 2017 lalu, upah nominal harian buruh bangunan memang naik tipis ya sebesar 0,08 persen dibanding bulan sebelumnya. Dari Rp83.657 per hari menjadi Rp83.724,” jelas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, di Jakarta, Senin (17/4).
Selain itu, kata dia, upah riilnya juga mengalami kenaikan tipis cuma 0,1 persen. Perubahan upah riil sendiri menggambarkan perubahan daya beli dari pendapatan yang diterima buruh, seperti buruh tani dan beruh informal perkotaan.
“Mereka adalah kelompok berpenghasilan rendah. Semakin tinggi upah riil maka semakin tinggi daya beli upah buruh, atau sebaliknya,” jelas dia.
Sementara untuk upah harian buruh tani nasional pada Maret 2017 itu juga naiknya tak terlalu menggembirakan. Cuma sebesar 0,42 persen dibanding upah buruh tani dari bulan sebelumnya.
“Angkanya, dari Rp49.268 menjadi Rp49.473 per hari. Sedang untuk upah riilnya, naiknya hanya 0,52 persen,” kata Kecuk, panggilannya.
Selain upah buruh bangunan, untuk upah buruh informal perkotaan lainnya, kata dia, juga kenaikannya tak signifikan. Untuk upah buruh potong rambut wanita per kepala, rata-rata kenaikan upah niminalnya di bulan lalu dibanding bulan sebelumnya hanya 0,37 persen.
“Dari 25.258 menjadi Rp25.352. Dan upah riillnya hanya naik 0,39 persen dari Rp19.696 menjadi Rp19.772,” jelas dia.
Dan untuk profesi pembantu rumah tangg, untuk rata-rata nominal upahnya per bulan pada Maret lalu cuma naik 0,36 persen dibanding Februari 2017.
“Dari Rp370.84/ menjadi Rp372.181. Sedang untuk upah riil di Maret 2017, naik 0,38 persen dari Rp289.181 menjadi Rp290.267,” pungkasnya.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan