Jakarta, Aktual.com – Militer Filipina menggempur kelompok teroris negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Pulau Mindanao selama tiga hari. Dari penyerangan itu, pihak militer Filipina menemukan paspor warga negara Indonesia (WNI), senjata dan bahan peledak.
Menanggapi hal itu, Kepala Bagian Penerangan Hukum Divisi Humas Polri Martinus Sitompul mengatakan pihaknya tidak terkejut dengan penemuan paspor WNI tersebut.
Sebab, sebagian besar teroris yang berhasil ditangkap pihak Polri mengakui pernah mengkuti pelatihan kelompok radikal di Filipina.
“Kami jelaskan bahwa paspor yang ditemukan tidak mengejutkan kita ya. Karena memang dari Beberapa tersangka terorisme di Indonesia mereka pernah melakukan pelatihan di wilayah Filipina Selatan,” kata Martinus di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (26/4).
Menurut dia, hampir sebagian besar teroris di Indonesia berafilisiasi dengan kelompok teroris pimpinan Abu Sayyaf. Bahkan, kelompok radikal di Indonesia rata-rata mendapat senjata dari Filipina.
“Mereka melintas ke wilayah Filipina ke Indonesia seperti wilayah yang tidak terjaga. Mereka masuk ke wilayah Filipina, di sana ditampung, dilatih oleh militan abu Sayyaf,” terang mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini.
“Dalam sejarahnya, karena pelaku teroris yang ditahan, yang kemudian diproses pengadilan, diantaranya mengatakan bahwa di situ tempat pelatihan mereka. Dalam hal ini sebagai anggota asean pol, Kepolisian di negara-negara Asean, memiliki wadah untuk bekerjasama, bertukar informasi, capacity building,” timpal dia.
Kendati begitu, Martinus menuturkan bila penemuan paspor itu menjadi sebuah informasi penting untuk ditindaklanjuti pihak Polri. Sebab Polri masih menunggu data-data valid dari paspor yang ditemukan pihak militer Filipina tersebut.
“Ini menjadi bagian yang akan dijadikan bahan informasi. Terkait dokumen paspos yang ditemukan di sana, Kita menunggu data-data paspor tersebut dari kepolisian Filipina,” tandasnya.
Sebelumnya, pihak militer Filipina menyerang kelompok radikal ISIS di Pulau Mindanao selama tiga hari berturut-turut. Dari penyerangan itu, disebutkan 36 anggota ISIS tewas.
Tak hanya korban, pihak militer juga menemukan sejumlah paspor milik warga negara Indonesia (WNI), senjata dan bahan peledak dari lokasi. Sampai saat ini, Polri masih menunggu informasi data-data paspor WNI tersebut.
(Fadlan Syam Butho)
Artikel ini ditulis oleh: