Surabaya, Aktual.com – Harga bahan pangan 11 komoditas di Indonesia terbilang cukup tinggi jika dibandingkan negara lain. Bahkan, jika dibandingkan dengan Malaysia atau Thailand, harga bahan pangan di Indonesia lebih tinggi.
“Malaysia yang pertumbuhannya dibawa 5 persen, harga pangan lebih murah separuhnya dari Indonesia. Indonesia? Kenapa lebih mahal?” kata anggota Komisi VI DPR Bambang Haryo, saat sidak di pasar Wonokromo Surabaya, Jawa Timur, Selasa (16/5).
Bambang pun membandingkan antara aturan di Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia, sudah ada standar sebelas komoditas yang harus dijamin pemerintah. Sesuai suu no 2014, dan PP no 71 dan 72 tahun 2015, pemerintah harus bisa menjamin sesuai dengan harga yang harus bisa diterima masyarakat dengan jumlah yang mencukupi. Namun, hal tersebut jauh dari kata implementasi. Sementara di Malaysia sudah ada 30 komoditas yang diatur.
“Di Malaysia, 30 komoditas terpenuhi. Padahal mereka juga import. Kalau Malaysia bisa, kenapa Indonesia nggak bisa. Nah,
sekarang Rumah Pangan juga tidak layak, sehingga tidak ada yang beli. Dari kunjungan kami, ternyata di Malaysia kalau ada perbedaan harga selisih Rp1.000 saja, pedagang langsung dipenjara.” ujarnya.
Bahkan untuk harga daging di Malaysia dan Indonesia juga cukup jauh. Padahal, antara Malaysia dan Indoensia sama sama import daging. Bahkan, temuan Komisi VI, Indonesia juga mengimpor daging kerbau untuk kebutuhan stok daging masyarakat.
Persoalan harga juga terjadi antar harga di antara daerah di Indonesia yang terbilang cukup jauh. Seperti harga beras di Surabaya mencapai Rp12.000 per kilonya untuk ukuran super. Sementara di Gorontalo hanya Rp8.000 saja. Begitu pula harga daging, antara Surabaya dan Gorontalo bisa selisih Rp.30.000 lebih mahal Surabaya.
“Di Gorontalo nggak ada tol laut saja, tapi bahan pangan bisa murah. Terus fungsinya apa tol laut itu? ‘Sembilan Naga’ dan ‘Tujuh Samurai’ itu yang bermain. Pemerintah harus bisa bertindak seharusnya,” tutup Bambang.
Laporan Ahmad H Budiawan
Artikel ini ditulis oleh: