Jakarta, Aktual.com – PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) mengelak melakukan rekayasa atau permainan sahamnya pada perdagangan efek di hari Jumat (12/5) lalu yang dihentikan sementara (suspensi).
Saham BBHI sendiri di hari itu dianggap bergerak tak wajar, karena langsung melonjak tinggi sampai Rp250 per lembar saham. Pada 9 Mei 2017 harga sahamnya Rp210 per saham atau menaik 21,39 persen dari sebelumnya. Dan sehari kemudian menguat 19,05 persen ke level Rp250 per saham.
“Jadi, kita (manajemen) tidak melakukan apa-apa karena kita tidak tahu. Kita itu serahkan ke mekanisme pasar. Saya rasa sih normal pada Jumat kemarin kita di-suspend dan Senin-nya sudah dibuka kok,” klaim Plt Direktur Utama Bank Harda, Berlian Halim di Jakarta, Rabu (17/5).
Dengan adanya pemberhentian perdagangan sementara, kata dia, diharapkan investor bisa mengkaji kembali rencana aksi pembelian saham tertentu.
“Jadi terakhir itu harganya di Rp250. Itu memang ada kenaikan yg cukup tinggi. Dan hari ini masih sekitar Rp220,” jelas dia.
Kabarnya, kenaikan saham yang tinggi dalam beberapa hari itu, karena ada sentimen BHBI yang akan diakuisisi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Namun, saat dikonfirmasi, Berlian sendiri menepis kabar tersebut.
“Kalau soal itu, tanya pak Jahja (Jahja Setiaatmadja-Dirut BCA) saya engga tahu. Mungkin ada pengaruh itu, tapi saya tidak tahu sejauh mana. Tapi kan harga itu dibentuk pasar. Dan memang sudah dibantah sama pak Jahja,” pungkas dia.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
















