Jakarta, Aktual.com – Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Mustari Irawan, mengatakan kontroversi soal Hari Lahir Pancasila, tergantung persepsi masyarakat baik mereka yang meyakini lima sila itu lahir pada 1 Juni 1945 atau 18 Agustus 1945.

“Kami serahkan ke masyarakat yang bermacam latar belakang seperti sejarawan dan pakar tata hukum, di mana mereka menyimpulkan kelahiran Pancasila,” kata Mustari di acara Pembukaan Pameran Arsip Pancasila di Museum Nasional, Jakarta, Jumat (2/6).

Menurut dia, pemilihan tanggal 1 Juni sebagai awal Pameran Arsip Pancasila adalah merujuk dari sisi sejarah kata Pancasila diutarakan pertama kali oleh Presiden Soekarno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Sementara itu, kata dia, jika ada anggapan mengenai Pancasila yang sejatinya lahir pada 18 Agustus, maka itu sah-sah saja, terutama jika ditelisik dari sisi hukum dan tata negara.

“Ketika Presiden Soekarno pidato soal Pancasila maka sejarawan bisa menandai itu sebagai Hari Lahir Pancasila, kalau ahli hukum tentu lewat legalistik, kalau dari sejarah bisa pakai titik mula lain,” kata dia.

Ia menambahkan, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan pihaknya menyimak tentang kontroversi soal hari Pancasila itu. Bagi dia, titik awal Hari Lahir Pancasila adalah saat kata “Pancasila” itu diperkenalkan kepada khalayak umum, utamanya peserta sidang BPUPKI.

Hilmar mengatakan terdapat bukti mengenai Pancasila yang ada saat ini sama dengan yang dipublikasi tanggal 18 Agustus 1945. Kendati demikian, kata “Pancasila” tidak muncul begitu saja kecuali sempat diusulkan Presiden Soekarno meski susunan isinya tidak seperti Pancasila yang dikenal saat ini.

Soekarno, kata dia, juga tidak mengklaim Pancasila sebagai ciptaannya tetapi merupakan penggalian perjuangan rakyat Indonesia. Singkat kata, Soekarno mengklaim bahwa Pancasila adalah buatan rakyat Indonesia pada umumnya.

‘Bung Karno mengklaim tidak mencipta Pancasila tapi menggali perjuangan rakyat. Itu dibuat oleh rakyat Indonesia,” kata dia.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: