Jakarta, Aktual.com – Ibnu Athaillah Assakandary, berkata:
كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يُحْجِبَهُ شَيْئٌ وَهُوَ الَّذِيْ أَظْهَرَ كُلَّ شَيْئٍ, وَ كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يُحْجِبَهُ شَيْئٌ وَهُوَ الَّذِيْ ظَهَرَ بِكُلِّ شَيْئٍ, كَيْفَ يَتَصَوَّرُ أَنْ يُحْجِبَهُ شَيْئٌ وَهُوَ الَّذِيْ ظَهَرَ فِيْ كُلِّ شَيْئٍ
Artinya: “Bagaimana Dia bisa terhijab oleh sesuatu, padahal Dia-lah yang menjadikan segala sesuatu nampak? Bagaimana Dia terhalang-halangi oleh sesuatu, padahal Dia-lah yang justru menampakkan diri lewat sesuatu? Bagaimana Dia tertutup oleh sesuatu, padahal Dia-lah yang tampak pada segala sesuatu?”
Dalam pembahasan sebelumnya, kita telah membahas hakikat alam semesta yang gelap gulita, kemudian manifestasi cahaya Allah Swt. –lah yang meneranginya. Dia selalu tampak dan tidak bisa terhalang oleh apapun.
Manifestasi-Nya sungguh tidak bisa terhalang-halangi, sebab Dia-lah sumber segala yang tamkpak. Namun terkadang, manusia lah yang ditutupi oleh Allah Swt. dengan hal-hal diluar wujud-Nya.
Tuhan dapat hadir pada sesuatu yang tidak kita duga-duga. Dia bisa dirasakan dalam kondisi yang sangat sederhana. Dia nampak dari yang tersembunyi, di sisi lain Dia tersembunyi dalam sesuatu yang nampak.
Kita bisa merasakan kehadiran Allah Swt. pada saat momen-momen sederhana. Kita bisa mendapatkan kebijaksanaan hidup bahkan bukan dalam momen-momen beribadah, namun saat kita kumpul bersama sahabat, bermain bersama anak, atau sedang menyendiri di tepi laut.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid