Maket PLTU Lontar dipajang dengan latar belakang pembangunan proyek PLTU Lontar unit 4 di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Tangerang, Banten, Jumat (10/6). PLTU Lontar unit 1 - 4 dengan total kapasitas 4 x 315 MW tersebut siap mendukung program pemerintah untuk memenuhi kebutuhan listrik 35.000 MW, sementara PLTU Lontar unit 1 - 3 sudah beroperasi sejak tahun 2011 serta sudah masuk dalam jaringan kelistrikan Jawa - Bali. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ama/16

Jakarta, Aktual.com – Anggota DPR RI Komisi VII, Ramson Siagian menilai perbedaan signifikan nilai investasi pada pembangunan  pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) menimbulkan kecurigaan masyarakat.

Dia menuturkan; pada proyek PLTU Riau I dengan daya 600 MW tercatat nilai investasi sebesar  USD 780 juta, sementara pembangunan PLTU di Sumbagsel I  yang akan menghasilkan daya 300 MW  senilai USD 420 juta.  Sehingga jika dirata-ratakan per MW, terlihat pembangunan di Riau lebih efisien.

“Perbedaan nilai investasi di PLTU Riau I dengan daya 600 MW, investasinya USD 780 juta. Sementara Sumbagsel I dengan daya  300 MW, investasinya USD 420 juta. Jadi lebih efisien di Riau,” katanya ditulis Rabu (28/6).

Kemudian jika dibandingkan dengan daerah lainnya, seperti di Kalimantan, didapati nilai investasinya lebih rendah. Di Kaltim untuk PLTU berkapasitas 200 MW rata-rata membutuhkan nilai investasi hanya sebesar USD 280 juta.

“Terus di Kaltim untuk 200 MW rata-rata USD 280 juta, artinya lebih rendah. Terutama Kaltimra lebih rendah lagi, USD 520 juta  untuk 400 MW. Jadi ada perbedaan signifikan investasi per MW, tu kenapa?” Tanya dia.

(Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka