Jakarta, Aktual.com – Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meyakini pemerintah dapat menahan pelebaran defisit anggaran maksimal ke 2,67 persen dari Produk Domestik Bruto sesuai salah satu skenario Rancangan APBN-Perubahan 2017, dan angka tersebut dianggap Bank Sentral masih dalam level yang aman.

Agus di kantornya, Jakarta, Jumat (7/7), juga mengingatkan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 harus dilakukan secara disiplin dan hati-hati. Peringkat layak investasi yang diberikan Standard and Poors baru-baru ini juga harus dipertahankan dengan melanjutkan manajemen fiskal yang baik.

“Di Indonesia, salah satu yang sedang diperbaiki adalah pengelolaan fiskal dan itu ditandai dengan pemerintah yang menyehatkan fiskal, khususnya penerimaan negara dilakukan lebih optimal dan upaya pengelolaan defisit tetap dibatas sehat,” ujar dia.

“Standard and Poor’s percaya pengelolaan fiskal Indoesia telah lebih baik dan rekomendasi agar pengelolaan fiskal terus lebih baik ke depan,” tambahnya.

Pernyataan Agus tersebut untuk menanggapi kebijakan pemerintah yang mengasumsikan pelebaran defisit dalam Rancangan-APBN-P 2017 mencapai 2,92 persen.

Namun, pemerintah juga akan melakukan penghematan belanja secara alamiah sehingga defisit akan menjadi 2,67 persen. Angka defisit itu naik target dalam APBN 2017 yang sebesar 2,41 persen.

Agus merespon positif postur belanja dalam RAPBN-P 2017 yang disampaikan pemerintah kepada Badan Anggaran DPR pada Kamis kemarin. Di antaranya mengenai anggaran belanja yang diperkirakan tidak akan digunakan (Self-Blocking) sebesar Rp16 triliun dan efisiensi atau pengalihan belanja ke sektor produktif.

Dalam RAPBNP 2017 yang disampaikan Kamis kemarin, pemerintah mengasumsikan target pendapatan negara sebesar Rp1.714,1 triliun dan belanja negara mencapai Rp2.111,4 triliun.

Agus mengingatkan ketahanan ekonomi domestik, di antaranya dengan pengelolaan fiskal, harus terus ditingkatkan, di tengah terus berkembangnya tekanan ekonomi dari eksternal, yang bersumber dari kemugkinan satu kali lagi kenaikan suku bunga The Fed dan pemangkasan neraca The Fed, yang akan berpotensi menimbulkan tekanan terhadap stabilitas kurs rupiah.

“Data Ekonomi dunia masih penuh ketidakpastian,” ujar dia.

Bank Sentral masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini sebesar 5-5,4 persen (yoy).

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan