Ada ‘Orang Kuat’ di belakang menteri Rini. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Saling serang dan menyalahkan di Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla sepertinya kerap terjadi. Bahkan dengan alasan genjot pertumbuhan ekonomi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyerang Menteri BUMN Rini Soemarno agar mau menggenjot belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan pelat merah itu.

Tak terima diserang, Rini pun kembali menyerang bawahannya yaitu para direksi BUMN agar terus menggenjot kinerjanya. Terutama meningkatkan capex agar berdampak ke pertumbuhan ekonomi.

“”Iya, Menkeu selalu menekankan ke saya. Capex masih belum sampai lho, belum tinggi lho. Kalau tidak sampai, pertumbuhan ekonomi kita tidak sampai (sesuai target),” keluh Rini di Jakarta, Jumat (7/7).

Makanya, Rini selalu mendatangi Menkeu dan minta arahan Presiden agar peran BUMN tidak hanya berkewajiban menyetor dividen dan pajak ke pemerintah, tapi juga mengembangkan usaha BUMN sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih positif.

Karena selama ini, kata dia, Menkeu selalu minta penyerapan capex dari 118 BUMN itu kurang dari target, sehingga dampaknya bisa mengganggu perekonomian nasional.

“Jadi saya bisa disalahin (kalau pertumbuhan ekonomi jeblok). Maka, saya pun peringatkan kepada direksi BUMN dan Eselon I Kementerian BUMN jangan kendur, kita itu memiliki fungsi yang lebih besar untuk genjot pertumbuhan,” jelas dia.

Fungsi itu, kata Rini, berkontribusi kepada masyarakat secara nyata dengan meningkatkan peran aktif BUMN guna mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah masing-masing.

“Fungsi kita bukan hanya mencatat keuntungan dan meningkatkan aset, tapi bagaimana kita bisa memberi pelayanan terbaik ke masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ucap dia.

Sebagai informasi, belanja modal BUMN pada tahun ini ditargetkan Rp468 triliun atau naik 57 persen dibanding tahun lalu. Sementara pembayaran pajak BUMN dipatok Rp165 triliun pada 2017 atau turun dari tahun lalu sebesar Rp 167 triliun. Sementara target dividen naik 10,8 persen menjadi Rp 41 triliun pada 2017.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan