Jakarta, Aktual.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga makanan jadi dan biaya pendidikan menjadi penyebab utama terjadinya laju inflasi pada Juli 2017 sebesar 0,22 persen.
“Inflasi Juli lebih dipengaruhi oleh inflasi inti, yaitu kenaikan harga makanan jadi dan biaya pendidikan,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (1/8).
Suhariyanto mengatakan komponen inflasi inti dalam periode ini menyumbang inflasi 0,26 persen, diikuti harga bergejolak (volatile food) 0,17 persen dan harga diatur pemerintah (administered prices) 0,07 persen.
“Pengaruh ‘administered prices’ sudah tidak ada lagi, karena tidak ada lagi penyesuaian harga tarif dasar listrik yang terakhir dirasakan pada Juni. Untuk ‘volatile food’ juga bergejolak tipis,” ujarnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution optimistis laju inflasi sepanjang 2017 masih bisa mencapai di bawah empat persen kendati pada awal-awal tahun inflasi cukup tinggi.
“Kami melihat tahun ini kita bisa tekan inflasi pada angka empat persen, bahkan kita berusaha betul supaya sedikit di bawah itu,” ujar Darmin usai rapat koordinasi membahas penertiban importir berisiko tinggi di Jakarta, Selasa.
Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan inflasi Juli 2017 mencapai 0,22 persen. Kenaikan harga makanan jadi dan biaya pendidikan menjadi penyebab utama terjadinya laju inflasi pada Juli 2017 sebesar 0,22 persen.
Dengan inflasi Juli 2017 tercatat sebesar 0,22 persen, maka tingkat inflasi tahun kalender Januari-Juli 2017 tercatat mencapai 2,6 persen dan inflasi dari tahun ke tahun (yoy) sebesar 3,88 persen.
“Kalau inflasi 0,22 persen ya sebenarnya dari rata-rata bulanannya masih masuk karena 0,22 dikali 12 itu belum sampai tiga persen kan. Jadi 0,22 pesen masih oke,” kata Darmin.
Darmin berharap pada sisa bulan di semester II 2017, laju inflasi akan semakin rendah sehingga secara target inflasi dapat tercapai. Sebelumnya dalam APBN 2017, pemerintah menargetkan inflasi empat persen, namun direvisi dalam APBN-P menjadi 4,3 persen.
“Memang kita itu arahnya sebetulnya ingin semakin ke belakang semakin rendah karena tiga empat bulan pertama inflasi kita agak jelek, karena kenaikan tarif STNK dibebankan secara sekaligus oleh BPS padahal jatuh tempo STNK tidak semua sama,” ujar Darmin.
Dari indeks harga konsumen atau IHK 82 kota, sebanyak 59 kota mengalami inflasi dan 23 kota menyumbang deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bau-Bau sebesar 2,44 persen dan terendah di Meulaboh sebesar 0,01 persen.
Sementara itu, deflasi tertinggi pada periode ini terjadi di Merauke sebesar 1,5 persen dan terendah di Metro dan Probolinggo masing-masing sebesar 0,07 persen.
ANT
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan