Kebijakan Full Day School dan pendidikan karakter di pesantren. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengaku prihatin dengan pelibatan anak-anak dalam aksi demonstrasi penolakan kebijakan Menteri Pendidikan dan Budaya Muhajir Efendi terkait dengan full day school (FDS) yang sempat viral di media sosial.

Terlebih, dalam aksi tersebut selain menyerukan takbir juga ‘menyerukan yel-yel ujaran kasar ‘bunuh, bunuh, bunuh menterinya, bunuh menterinya sekarang juga’.

“Dengan adanya ucapan tidak patut dari anak-anak tersebut, KPAI prihatin adanya pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan anak untuk kepentingan tertentu, seolah rasa kasih sayang di antara sesama anak bangsa sudah mulai luntur,” kata Komisioner KPAI Sitti Hikmawatty dalam keterangan tertulisnya yang diterima aktual.com, di Jakarta, Senin (14/8).

Untuk diketahui, dalam laman media sosial video berdurasi 1:03 menit itu memperlihatkan sejumlah anak di bawah umur yang mengenakan baju koko, sarung dan kopiah hitam melakukan aksinya di ruang terbuka, dengan judul ‘Heboh!!…Tolak Full Day School, NU Demo Sambil Teriak ‘Bunuh Menterinya’.

Berikut Link video aksi demo tersebut.

Masih kata dia, ujaran kasar yang diperlihatkan dalam video tersebut, tentu saja akan membahayakan bagi tumbuh kembang si anak tersebut.

“Pasalnya, anak-anak dididik dan disekolahkan agar nantinya mereka dapat lebih beradab dan berkasih sayang untuk hidup bermasyarakat, bukan sebaliknya,” paparnya.

“KPAI melihat dengan adanya ucapan atau ujaran kasar sebagaimana dimaksud tidak sesuai dengan etika dan moral kebangsaan kita,” tambah dia.

” Apalagi hingga berteriak “membunuh” hanya untuk menolak suatu kebijakan. Membunuh tidaklah dibenarkan dalam ajaran agama apapun, bertentangan dengan tata aturan perundang-undangan, dan bukan cerminan murni jiwa anak-anak,” pungkasnya.

(Reporter: Novrizal)

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang
Eka