Jakarta, Aktual.com – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, melambatnya pertumbuhan ekonomi karena saat ini merupakan periode yang dinamis, di mana tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi secara global. Pergerakan dinamis sebagai dampak pemulihan krisis global 5 tahun lalu.
“Kita semua tentunya tahu tahun ini adalah periode yang sangat dinamis. Tidak hanya di Indonesia namun juga secara global. Selain itu, perekonomian global juga belum pulih benar,” kata Darmin, dalam sambutannya di Seminar Nasional Apakah Perekonomian Indonesia Melambat?, di Hotel Borobudur Jakarta, Senin (14/8).
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistisk Badan Pusat Statistik (BPS) Sri Soelistyowati menjelaskan bahwa konsumsi riil masih cenderung terus meningkat namun terjadi perlambatan pertumbuhan karena ada kecenderungan untuk menahan belanja.
Selain itu, juga ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang lebih tinggi di level konsumsi untuk kegiatan waktu luang (leisure activities). BPS sendiri menggolongkan komoditas yang termasuk dalam kegiatan waktu luang antara lain hotel, restoran, tempat rekreasi, dan kegiatan kebudayaan.
“Pertumbuhan konsumsi secara tahunan untuk komoditas leisure dan non-leisure cenderung berbanding terbalik. Konsumsi leisure melonjak ketika ada sedikit pelambatan di non-leisure,” ucap Sri Soelistyowati.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman mengatakan perekonomian Indonesia tumbuh stabil pada triwulan II 2017. Pertumbuhan ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja investasi, baik investasi bangunan atau nonbangunan.
Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2017 berada di kisaran 5,0%-5,4%, inflasi terkendali di 4%±1. Sementara pertumbuhan kredit sebesar 10-12% dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 9-11%
Selanjutnya, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Damhuri Nasution memaparkan ekspor Indonesia diproyeksikan akan tumbuh baik sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia. Konsumsi rumah tangga diprediksi akan tumbuh relatif stabil, di sisi lain konsumsi pemerintah juga akan semakin baik sejalan dengan kondisi fiskal yang semakin kredibel.
“Indeks siklus bisnis juga menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih dalam masa ekspansi dalam siklus bisnisnya. Dengan latar belakang seperti itu, maka Perekonomian Indonesia ke depan tidak menuju perlambatan,” kata Damhuri.
Seminar nasional ini juga menghadirkan beberapa praktisi sebagai narasumber di sesi 2, di antaranya Chief Executive Officer PT Unilever Tbk Hemant Bakshi, Ketua I Asosiasi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Jongkie D Sugiarto, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA – Indonesian E-Commerce Association) Aulia Marianto, Lead Advisory PwC Indonesia Advisory Transaction Agung Wiryawan, dan Wakil Ketua Asosiasi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sudrajat.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA – Indonesian E-Commerce Association) Aulia Marianto mengutarakan bahwa ekonomi digital Indonesia memiliki potensi tinggi, pertumbuhan yang pesat, dan posisi strategis. Namun, sejauh ini belum tereksplorasi maksimal.
“Populasi kalangan menengah ke atas di Indonesia terus tumbuh (periode 2012-2020 total pertumbuhan 67 juta) terutama di wilayah Jawa dan Sumatera. Populasi ini diperkirakan mencapai 141 juta di tahun 2020,” tuturnya.
Ia pun mengapresiasi diterbitkannya Paket Kebijakan Ekonomi ke-14 terkait Peta Jalan e-commerce. Ke depan, perlu adanya sinkronisasi dari semua pemangku kepentingan untuk menempatkan Indonesia sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020.
(Reporter: Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka