Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (20/7). Bank Indonesia mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar 1,94 miliar dolar AS atau meningkat dibandingkan dengan surplus triwulan I sebesar 1,66 miliar dolar AS yang didukung perbaikan kinerja neraca perdagangan nonmigas maupun migas. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/kye/16

Jakarta, Aktual.com – Banyak barang impor yang terus masuk ke pasar dalam negeri di Juli 2017 lalu membuat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD0,27 miliar atau USD270 juta.

“Hal ini terjadi karena adanya defisit sektor migas sebesar USD600 juta. Sementara neraca perdagangan sektor non migas mengalami surplus USD330 juta,” jelas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto di Jakarta, Selasa (15/8).

Defisit perdagangan yang cukup tinggi ini karena barang-barang impor lebih banyak ketimbang ekspor yang dilakaukan Indonesia. Ekspor sendiri sepanjang Juli 2017 mencapai USD13,62 miliar atau meningkat 16,83 persen dibanding bulan sebelumnya. Sementara dibanding Juli 2016 meningkat 41,12 persen.

“Sayangnya impor kita lebih tinggi mencapai USD13,89 miliar atau naiknya lebih tinggi yaitu hingga 39 persen dibanding Juni 2017 atau naik 54,02 persen dibanding Juli 2016,” ujar dia.

Untuk impor yang tinggi ini karena dipicu oleh impor migas dan non migas yang masing-masing USD178 (naik 11,12 persen) dan USD3.718,4 juta (naik 44,31 persen).

“Naiknya impor migas ini dipicu oleh naiknya nilai impor semua komponen yaitu minyak mentah USD96 juta (naik 19,56 persen), hasil minyak USD61,3 juta (6,5 persen) dan gas USD20,7 juta (12,39 persen),” jelasnya.

Barang-barang asing yang masuk ke pasar Indonesia itu, terutama untuk non migas, paling banyak berasal dari China sebanyak USD964,2 juta atau naik 46,16 persen dibanding periode Juni 2017.

Namun yang diayangkan, tinggi impor itu juga karena impor barang konsumsi masih mengalami peningkatan. Jika dilihat dari golongan penggunaan barang ekonomi, selama bulan lalu golongan bahan baku/penolong sebesar US$ 10,5 miliar (75,13%). Diikuti impor barang modal US$ 2,4 miliar (17,01%) dan impor barang konsumsi sebesar US$ 1,1 miliar (7,86%).

“Dan selama Januari-Juli 2017, impor barang konsumsi naik 13,54% (US$ 939 juta), bahan baku/penolong naik 16,31% (US$ 9,2 miliar) dan barang modal naik 9,9,27% (US$ 1,1 miliar),” ujar dia.

(Reporter: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka