Jakarta, Aktual.co — Pabrik pengolahan (smelter) nikel milik PT. Bintang Delapan Group di Kawasan Industri Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, siap diresmikan dan “smelter” yang masih tuntas untuk unit I itu akan menjadi “smelter” terbesar di Indonesia.
“Pabrik Unit I sudah menjalani uji coba produksi (trial) dan berjalan lancar. Soal kapan peresmiannya, kami hanya menunggu keputusan direksi dan pemerintah pusat,” kata Kepala Humas Bintang Delapan Group Maman Resman saat dihubungi di Bahodopi, Rabu (20/5).
Menurut Maman, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani dan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola telah melihat dari dekat pembangunan “smelter” tersebut pada 17 April 2015 dan berdialog dengan jajaran investor dari smelter yang juga akan memproduksi baja tahan karat (stainless steel) itu.
Secara terpisah, Gubernur Longki Djanggola mengemukakan Presiden Joko Widodo dijadwalkan meresmikan “smelter” nikel tersebut, namun waktu pastinya masih sedang diatur.
Longki mengaku bangga dengan akan berdirinya tiga unit smelter di Morowali sehingga provinsi ini akan menjadi penghasil nikel hasil olahan cukup besar di Tanah Air.
“Pembangunan tiga unit smelter bernilai triliunan rupiah tersebut memberikan kontribusi sangat signifikan pada pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi 2014 masih bisa dipertahankan di atas lima persen meski pemerintah melarang ekspor nikel mentah (ore) sejak Januari 2014,” ujarnya.
Data yang diperoleh dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Sulawesi Tengah menyebutkan ada tiga unit “smelter” nikel di Morowali yang dibangun PT. Sulawesi Mining Investmen, perusahaan patungan Bintang Delapan Group dan Tshingshan dari Tiongkok.
Smelter unit I yang siap diresmikan bernilai investasi 320 juta dolar AS atau sekitar Rp4 triliun berkapasitas 300.000 ton.
Sementara itu, Smelter Unit II bernilai 640 juta Dolar AS atau sekitar Rp8 triliun berkapasitas 600.000 ton. Smelter ini diharapan selesai konstruksi pada akhir 2015.
Untuk Smelter Unit III bernilai 820 juta Dolar AS atau sekitar Rp10,2 triliun berkapasitas 300.000 ton ferronikel per tahun dan besi tahan baja (stainless steel) slab 1.000.000 ton per tahun yang ditargetkan beroperasi akhir 2016.
Keseluruhan smelter ini dilengkapi dengan pembangkit listrik yang secara total nantinya akan berkapasitas sekitar 600 megawatt.

Artikel ini ditulis oleh: