Jakarta, Aktual.com – Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 nanti sebesar 5,4 persen seperti yang dibacakan Presiden Joko Widodo dalam nota keuangan di Aidang MPR.
Menurut ekonom muda Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara, postur RAPBN 2018 bukan disebut optimis, tapi lebih tepat sebagai sikap ambisius dari pemerintah. Salah satunya terkait pertumbuhan ekonomi yang ditarget mencapai 5,4%.
“Angka tersebut nampaknya masih terbilang ambisius mengingat beberapa indikator perekonomian saat ini masih menunjukkan tren yang menurun,” tegas dia, di Jakarta, Minggu (20/8).
Beberapa indikator yang menurun itu, kata dia, konsumsi masyarakat sebagai pembentuk kue perekonomian hanya 56% atau terus mengalami pelemahan, jika dibandingkan tahun sebelumnya dengan pertumbuhan yang dibawah 5% pada semester I 2017.
“Indikator lainnya, kinerja sektor industri pengolahan juga tengah lesu dengan pertumbuhan sebesar 3,54% di kuartal II. Sektor perdagangan juga terpukul penurunan penjualan ritel, sehingga hanya tumbuh 3,78% di kuartal ke II, atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya,” kata dia.
Kondisi itu disebut karena adanya penurunan daya beli dari masyarakat. Yang sampai saat ini belum juga terjadi pemulihan.
Sementara itu inflasi ditarget sebesar 3,5% pada tahun 2018. Target ini sebagai sikap optimisme pemerintah yang tak jelas. Angka itu lebih rendah dibanding APBN P 2017. Karena inflasi 3,5% itu sangat mungkin tercapai, apabila pengendalian harga bahan pangan bisa lebih dioptimalkan.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka